Berkaryalah, Pengangguran

Berkaryalah, Pengangguran

 

Kalau saja karya harus berdasarkan pekerjaannya, pengangguran tidak punya hak untuk berbagi buah pikirnya kepada dunia.

 

Ya, benar. Kalau hanya para pekerja saja yang bisa menyumbang ide, menyumbang buah pikirnya, dan pengangguran dianggap tidak layak untuk berpikir, belajar, serta menyalurkan pikirannya tentang suatu hal yang membuatnya tertarik, maka kita benar-benar berada dalam kebodohan.

Kebodohan yang sangat bodoh. Manusia diberikan otak untuk berpikir, setiap manusia memilikinya. Namun, sayangnya tidak semua orang punya pekerjaan. Jadi, apakah otak dari orang-orang yang tidak bekerja ini dianggap sampah?

Sangat disayangkan ketika seorang pengangguran merasa dirinya rendah. Tidak, kok, sungguh. Kita bisa berpikir, kita punya hak yang sama untuk menuangkan ide dan pikiran. Maka salurkan saja, meskipun bukan kepada perusahaan, meskipun tidak mendapatkan imbalan. Konsisten dan percaya akan hasilnya.

Bangun identitas diri yang kamu inginkan, teruslah belajar, teruslah berlatih. Fokus. Bangun pagi, tidur sebelum tengah malam. Kamu punya banyak waktu dibandingkan orang yang bekerja. Jujur saja, dari segi waktu kamu memiliki keunggulan. Gunakan.

Aku tahu, jadi pengangguran memang tidak enak, apalagi ketika harus menahan lapar dan dipaksa percaya kalau apa yang sedang kita perjuangkan akan menghasilkan pundi-pundi uang. Namun, di satu sisi, kita diminta untuk tidak terlalu berharap, tapi tetap terus berkontribusi, terus mencoba.

Pengangguran hanya status. Selama kamu berusaha dan tidak tidur saja, kamu adalah pengangguran yang terhormat. Jadi, aku pun yakin kamu sedang berjuang, merintis sesuatu, meskipun kamu belum tahu akan jadi apa ke depannya, akan menghasilkan apa ke depannya.

Entah apa alasanmu menganggur, aku tidak mau tahu. Selain mencari pekerjaan tidak mudah, aku yakin beberapa dari kalian memiliki alasan lain.

Aku yakin, telinga kalian sudah cukup panas ditanya ada rencana apa, sudah melamar di mana saja, si itu bisa kerja kok kamu enggak bisa, jangan jadikan sakit sebagai alasan, dan lain sebagainya. Aku tahu itu terlampau lelah dan memperlambat kamu untuk melangkah.

Kalau saja kita diberikan kesempatan untuk setidaknya memiliki jaminan sandang, pangan, papan, kita mungkin bisa leluasa untuk berkarya. Berprestasi tanpa perlu banyak berpikir. Namun, tentu kita tidak boleh memiliki mental meminta-minta, kita harus berusaha mencari jalan. Mencari rupiah sekecil apa pun, perlahan.

Runcingkanlah pikiran kamu, jangan mau kalah dari kaum pekerja. Kita harus tetap elegan dalam berpendapat. Perluas literasi. Membaca juga menulis.

Jangan berkecil hati, tetaplah berkarya di mana pun kamu berada. Semoga kelak, kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik tiba. Paling tidak, pola hidupmu sudah terbentuk berdasarkan kedisiplinan dan konsistensi, sehingga kamu akan lebih layak untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Kamu akan lebih bisa menjalani pekerjaan tersebut.

Sampai waktu itu tiba, semangatlah. Sambil melamar, sambil berkarya. Tidur secukupnya, jangan kurang dan jangan berlebihan. Olahraga sempatkan, makanlah yang sehat-sehat. Tetap jaga badanmu dan rawat dengan baik. Jangan lupa mandi setiap hari. Kesehatan mentalmu pun jangan lupa diperhatikan, seringlah cerita, atau salurkan dalam bentuk apa pun yang positif.

Mulailah aktivitas sepagi mungkin, agar kamu punya lebih banyak waktu untuk berkarya. Selingi dengan doa dan keyakinan yang kuat. Maka, aku yakin kamu bisa bertahan dengan kondisi ini.

Sekian tulisan kali ini. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Komentar