Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Mie Ayam Pak Kumis dan Dua Makhluk Mumet yang Sedang Berbagi Cerita

Gambar
Aku dan sahabatku memiliki tukang bakso langganan, dia juga jualan mie ayam. Nama tempatnya Bakso Pak Kumis. Banyak sih yang pakai nama ini kayaknya. Tempat itu sangat amat bersejarah dan kadang sampai sekarang, kami masih menyempatkan untuk datang ke sana. Sejarah yang panjang dan menyenangkan. Kadang kenanganlah yang membuat aku menyukai tempat ini. Kenangan saat SMA, kuliah, cari kerja, kerja, sampai nganggur lagi. Mungkin dari 2011 kami ke tempat itu. Aku ingat ketika kami waktu itu berempat, kadang bertiga, sering menginap di rumah sahabatku ini. Apa yang kita lakukan? Wah, macam-macam. Rasanya sudah seperti saudara sendiri kalau ke rumahnya. Diajakin ngerayain ulang tahun neneknya, malam tahun baruan bareng, tidur bareng, nonton film bareng, berburu warteg bareng, dan malamnya waktu yang pas untuk berburu bakso atau nasi goreng. Salah satu pilihannya adalah bakso Pak Kumis ini. Baksonya menurutku enak, mie ayamnya pun banyak. Paket sempurnanya adalah Mie Ayam Bakso Super,...

Caraku untuk Pulih, Bisa Dijadikan Pelajaran, tapi Tidak Bisa Disamakan

Gambar
Pulih. Sebagian besar manusia pernah merasakan sakit. Baik penyakit fisik ataupun mental. Tidak ada yang hina dari menjadi sakit. Tidak perlu takut, sebaliknya kamu layak diperhatikan, dan kamu layak pula untuk pulih. Tidak perlu juga kamu merasa sedih, karena sakit adalah sarana untuk menghapus dosa-dosa kita yang telah menggunung lama selama kita sabar menjalaninya dan juga selalu ikhtiar untuk terus berobat dengan cara yang baik tentunya. Impian orang yang sakit, tidak lain, tidak bukan, adalah pulih dari sakitnya. Memang, kita kadang lupa bahwa nikmat sehat itu begitu berharga. Kita kadang tidak menyayangi diri sendiri ketika masih sehat. Tersadar ketika jatuh sakit dan rasanya ingin sekali mengulang waktu. Ketika sakit, kadang kita melakukan apa pun untuk bisa sembuh. Berdoa sampai bernazar untuk menjadi lebih baik lagi setelah sembuh. Namun, ketika sehat, kita lupa atau sengaja melupakannya. Kita kembali makan makanan secara ugal-ugalan, banyak minum minuman kemasan, malas ...

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Gambar
Jadi, tulisan kali ini terinspirasi dari komentarku di salah satu karya teman komunitas, dua tahun yang lalu. Kurang lebih aku berkomentar, ada sebuah kata yang tidak perlu ditulis kapital. Umur-umur segitu memang lagi doyan-doyannya kasih komentar di tulisan orang ditambah posisi saat itu mengharuskan aku untuk berkomentar, entah sebagai juri atau sebatas wajib memberi feedback setelah membaca. Baru saja aku kembali ke situs oranye tersebut, lalu melihat komentarku disanggah oleh seseorang, katanya kata tersebut memang seharusnya dikapital. Setelah kulihat memang ada benarnya, karena kata tersebut merupakan kata sapaan. Di sinilah kedewasaan penulis diuji. Apakah kamu akan berdebat panjang, padahal sudah tahu kamu salah atau secara sederhana menerima komentar tersebut dan berterima kasih karena sudah diingatkan? Syukur Alhamdulillah, aku pilih menerima komentar tersebut dan berterima kasih. Semakin lama aku di dunia literasi, aku mengenal banyak orang. Kadang kita tidak selalu...

Hiburan Itu Bersarang pada Bibirmu dalam Bentuk Senyuman

Gambar
Hiburan, apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata tersebut? Aku sih mungkin bakal langsung mikir ke nongkrong bareng teman di kafe tertentu yang murah tentunya, atau bisa juga pergi ke rumah teman terus curhat panjang lebar, sekadar jalan kaki sekaligus olahraga juga bagus sembari melihat pemandangan sekitar dengan mendengarkan musik sepanjang jalan, makan pedas juga bisa jadi pilihan walaupun jangan keseringan ya, dan masih banyak lagi pokoknya. Dari sekian banyak hiburan yang bisa aku jalani, ada satu yang begitu efektif untuk menghancurkan setiap lelah dari tubuh ini. Dia adalah sebuah senyuman. Senyuman dari orang-orang yang dicintai, entah pasangan, orang tua, saudara, atau anak. Misalnya, seorang ayah yang mumet banget sepulang kerja, terus begitu sampai rumah disambut dengan senyuman sang istri beserta tawa bahagia anakmu yang bilang, “ayah pulang!” Terasa sampai ke akar, lelahmu membeku seketika. Kamu pun akan membalas senyum dan tawa mereka dengan pelukan. S...

Kutemukan Kau Layaknya Hiburan Malam

Gambar
Kutemukan Kau Layaknya Hiburan Malam   Dalam dingin ‘tak terhindarkan Aku mengambil mantel dengan lubang besar di dada Aku tetap kedinginan di malam penuh salju Tanpa hangat peluk darimu.   Sepeser uang pun ‘tak kutemukan Perut berbunyi kencang, lapar ‘tak tertahan Kuambil segenggam salju, kukunyah, kutelan Tidak peduli karenanya air mata ini membeku.   Malam ini tidak ada yang bisa menggantikanmu Jadi, kumainkan malam sebagaimana aku mempermainkanmu Kuelus halus rambut sang malam, memutarnya dengan jemari Perlahan orang-orang melihatku, bingung dan terheran-heran.   Malam ini tidak ada yang bisa menenangkanku Sebagaimana dingin ini membuat gigil seluruh tubuh Sebagaimana jalanan licin itu membuat mobil-mobil terbalik Sebagaimana api-api itu menari dikelilingi telapak tangan yang haus akan kehangatan.   Malam ini, kau tidak lagi di sini Kau pergi, bersama memori yang kurawat sekian tahun lamanya Kau buang dan asyik...

Salah Ketik, Revisi, Pusing, Tumbang, Cinta dari Penulis kepada Pembaca

Gambar
Sebagai penulis, kita pasti ingin tulisan kita sempurna. Kita pasti ingin banget untuk tetap prima dan dapat menciptakan tulisan yang matang dan berkualitas. Namun pada kenyataannya, kita hanya manusia yang tidak sempurna. Kadang lupa, kadang ada yang terlewatkan, kadang sakit, kadang tumbang, dan masih banyak lagi. Tulisan yang sempurna itu mungkin hampir tidak ada. Pernah enggak merasa, kita sudah edit-edit tulisan kita sendiri, baca ulang, ngerasa sudah enggak ada lagi nih yang salah ketik, sempurna deh pokoknya. Pas posting, eh ada dong yang kurang, ada aja salah ketik atau tanda bacanya ketinggalan. Banyak deh. Terus kita kesal sendiri akhirnya. Itulah salah satu keresahan bagi penulis. Belum lagi jika sudah masuk ranah profesional, misal sudah bermain dengan kata kunci, SEO, dan banyak lagi. Makin banyak yang perlu diperhatikan, belum lagi kalau harus bebas dari AI dan plagiasi, makin pusing lagi. Cuma mau bagaimana, ‘kan? Itu sudah risiko sebagai penulis. Asyik kok lama-la...

Jika Tulisanku Tidak Lagi Menyentuhmu

Gambar
Jika Tulisanku Tidak Lagi Menyentuhmu   Aku, tidak perlu lagi mengatakan jika Menulis itu sulit dan menyebalkan, karena itu Hanya akan membuatmu menyerah lebih cepat dari Burung elang yang menemukan mangsa dari kejauhan.   Aku, tidak perlu lagi mengucapkan kata-kata menyebalkan karena Kau sudah tahu sendiri, apa dan bagaimana, tentang Menulis dan segala hal yang membuatku menyerah, tapi Tidak aku masih di sini, belum menyerah.   Mungkin, tulisanku tidak akan pernah menemukanmu, atau Kamu tidak akan pernah menemukan tulisanku, karena Kita terjebak dengan algoritma memuakkan, lebih Memuakkan dari gado-gado beli siang dimakan malam.   Puisi ini seharusnya indah, tapi tidak, aku tidak peduli, karena Sastra itu bebas, seni itu bebas, jangan mengaturku, karena Kau tidaklah mengerti aku, aku pun tidak mengerti kamu, karena Kita bukan siapa-siapa, aku pun bukan siapa-siapa.   Jika tulisanku tidak lagi menyentuhmu, aku ingin ...

Bukan Merayakan tapi Memanfaatkan Momen untuk Meremajakan Cinta

Gambar
Cinta. Bicara tentang cinta pastinya begitu luas makna. Ada cinta untuk pasangan, cinta untuk keluarga, cinta untuk guru, cinta untuk diri sendiri, cinta untuk perusahaan (tapi ini sering disalahgunakan sih), dan cinta-cinta lainnya. Di bulan yang katanya penuh cinta ini, mungkin kita harus merenungkan kembali bahwa cinta tidak hanya tercipta dan dibangun dalam waktu sebulan apalagi dalam sehari. Cinta pada pandangan pertama mungkin saja tercipta hanya dalam sekian detik, tapi ketika kita memutuskan untuk menindaklanjuti cinta tersebut ke tahap selanjutnya, seperti berkenalan, menjalani hubungan, bahkan menikah, tidak cukup sehari atau sebulan. Membangun perasaan sekaligus membangun kepercayaan. Seperti ketika kita mengenal seseorang, kita tidak bisa langsung begitu saja percaya, bukan? Bukan tidak mungkin memang berkenalan dan menikah dalam waktu yang singkat. Namun, selepas itu, perjalanan mereka masih panjang dan bisa dibilang baru saja dimulai. Cinta itu tidak bisa hanya di...

Kibor Berusia Sepuluh Tahun

Sebagai seorang penulis, kibor adalah elemen penunjang untuk menjalani aktivitas menulis dengan baik. Kibor adalah perangkat yang terbilang penting untuk bisa membuat aku menulis di komputer atau laptop. Dua hari yang lalu, Jumat tepatnya. Aku ke Tangerang dengan niat awal untuk mengambil sandal dan sepatu, karena sandal yang kupakai sekarang sudah mangap dan kurasa harus disol. Aku juga butuh sepatu untuk olahraga di sini dan untuk keperluan lain seperti panggilan kerja misalnya. Seperti biasa sampai di sana, aku langsung mengetik. Niat terselubung pergi ke Tangerang juga untuk menenangkan diri sekaligus memikirkan langkah berikutnya mau bagaimana? Jadi aku memutuskan untuk kembali aktif menulis blog. Keesokan harinya, saat aku menulis tulisan untuk TBM Komunitas Capung Kertas, aku merasa kibor laptopku mulai tidak enak, tepatnya di tombol shift . Sulit sekali untuk membuat tanda tanya seolah butuh usaha lebih untuk menekan tombol tersebut. Aku berpikir sepertinya aku butuh ki...

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Gambar
Sepertinya kita sepakat, negeri ini butuh literasi, dunia ini selalu butuh literasi. Gempuran konten digital yang kadang tidak dapat disaring, mengalihkan kita dari kegiatan literasi dan keinginan untuk mengenal budaya baik budaya di tempat tinggal kita, maupun budaya dari daerah lain. Banyak komunitas, perorangan, beragam bentuk lainnya, menggaungkan untuk meningkatkan literasi dengan beragam cara, dengan beragam niat, dengan beragam identitas tentunya. Salah satunya komunitas yang akan aku bahas saat ini yaitu TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Komunitas Capung Kertas. Namanya unik, bukan? Tunggu dulu, Capung Kertas itu singkatan loh. Kepanjangan Capung Kertas itu sendiri adalah membaca, menampung, bekerja, dan berkreatifitas. Wah, banyak juga ya. Dari kepanjangannya aja kita bisa tahu kalau komunitas ini fokus ke mana. Ya, benar, membaca. Komunitas ini bergerak di dunia literasi dan edukasi serta budaya. Jadi, kurang lebih Capung Kertas adalah wadah yang menampung masyarakat seki...

Mungkin Impianku Terdengar Mudah

Impian ya? Aku terus memikirkannya, terus menanyakannya, terus memastikannya: apa sebenarnya impianku sebenarnya? Menjadi penulis kaya dan terkenal? Tidak juga, selama aku bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan menulis, kurasa itu cukup. Mungkin impianku terdengar mudah atau terlalu omong kosong. Pasti aku menginginkan lebih dari itu. Tidak salah memang, aku memang menginginkan lebih dari itu. Aku ingin menjadi terkenal dan kaya, jika bisa. Namun, aku katakan, selama aku bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, aku merasa cukup. Tidak salah kan untuk berharap lebih? Tidak salah juga untuk menentukan batas minimal. Iya, impianku memang terdengar mudah, hanya menjadi seorang penulis yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari tulisannya. Namun, aku yakin kamu akan berubah pikiran ketika terjun langsung ke dunia tulis menulis yang terkadang kurang ajar ini. Pertanyaan tentang kenapa tidak menggeluti bidang lain saja? Itu lebih sulit dari menulis itu sendiri. Seperti yang ...

Kenapa Hidup Ini Berat Sekali?

Pria tidak boleh bercerita, pria juga tidak boleh menangis. Kenapa dunia ini berat sekali? Bahkan untuk bercerita dan menangis saja tidak boleh? Kalian siapa? Aku seolah hidup dalam dunia yang mana masyarakatnya terlalu banyak gaya, terlalu berpura-pura kuat, dan empatinya sudah dibuang dari kepala. Berulang kali aku jatuh, berulang kali aku bangkit, seperti yang kalian inginkan, aku tidak menangis, hanya sedikit mengamuk. Blog ini adalah saksi perjalanan menulisku, tapi detik ini terpaksa aku mengulangnya dari awal. Ya, enggak dari 0 juga sih, hanya perjalanan dari tahun 2011 seperti tidak ada jejaknya. Hanya aku sisakan beberapa artikel sebagai kenangan. Untuk kesekian kalinya, di tengah kabut kepala dan badai pikiran, aku mulai beranjak kembali. Percaya pada mimpi, percaya pada jalan yang kupilih, aku berdoa Allah selalu memberkahi jalan ini. Melindungiku dari segala yang buruk dan menjadikan perjalanan menulis berikutnya adalah perjalanan yang menyenangkan. Semoga. Aku ...