Senin, 13 April 2015

Silaturahmi Angkatan (SILANG 2011) - 5 April 2015


By: SKI-IT FE USAKTI 2011

Hope we will meet again someday...

Again and again...

I don't want to go anywhere...
But no, I should walk on...

We want to change the world...
Although we just a little ants in the middle of world...

The story that we made together...
That makes us walk on together...
It's not the end...

Assalamu 'alaikum, 2011.
Jika diary dapat berbicara, hari ini akan menjadi hari tersibuk bagi sang diary, dia akan mengulang dan mengulang, mengenang dan mengenang, setiap kenangan yang mungkin saja tidak bisa terulang lagi. Kini tanpa terasa lembaran itu berlalu. Begitu deras aliran waktu, membawa kita di penghujung perjuangan, di awal kehidupan baru sebagai pembawa nama pemuda yang baru, yang kelak akan menghiasi dunia dengan sayap yang indah, merobek kekacauan, memperbaiki kebenaran.
Sepulang liqo yang aku, Rizky, Winarto, dan Farhan dari angkatan 2013 lakukan bersama bang Yogi di sekretariat UKM Islam Hudzaifah Universitas Trisakti. Sedikit cerita ini pertama kalinya kami mengadakan liqo di hari Minggu. Ngomong-ngomong, sedikit pejelasan liqo itu semacam kajian kecil yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berkisar 4 atau lebih, tapi biasanya tidak terlalu banyak. Liqo merupakan sarana untuk meningkatkan keimanan kita terutama para aktivis dakwah kampus atau biasanya disingkat ADK. Biasanya di liqo akan diawalai dengan pembukaan oleh MC, lalu membaca bismillah, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an secara bergantian (biasanya satu halaman per orang), dilanjutkan dengan materi, diiringi dengan sharing yang biasanya digunakan sebagai sarana curhat, karena di dalam liqo hanya ada beberapa orang jadi bisa leluasa bertanya. Kami bahkan tidak jarang menanyakan tentang kegiatan kampus, serta bagaimana mengembangkan dakwah di kampus agar lebih optimal hingga sampai ke masalah anak remaja, seperti galau karena tugas kuliah atau bahkan jodoh mungkin.
Selepas liqo, aku, Rizky, dan Winarto pun segera mempersiapkan diri untuk sebuah acara yang telah kami rencanakan sejak beberapa minggu lalu. Yep, Silaturahmi Angkatan (SILANG) 2011, Sie Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, dengan desakan dari ketua angkatan, Akhid Fuadi, si kocak yang penuh semangat! Lalu kami pun menunjuk penanggungjawab acara, yang menjadi teman satu liqo yaitu Rizky Ramdhona, si serius yang super sibuk, dan super santai ini ketika di hari H bahkan belum sama sekali memikirkan rundown acaranya, dia bilang, "Apa yang akan kita lakukan di sana? Hanya bersenang-senang sambil mengenang masa-masa indah di SKI." Ucapnya dengan senyuman khas yang santai. Saat di pertengahan liqo dia baru saja mendapatkan inspirasi, acara SILANG 2011 bertemakan Berpisah untuk Bersama, aku terlonjak dan langsung menyahut girang, menyambut ide segar itu.
Okay, singkat waktu, karena Rizky lupa membawa helm dua, aku tidak jadi naik motor bersejarah bersamanya, aku menyusul Rizky dan Winarto yang sudah berangkat terlebih dahulu menuju Monas dengan busway, walaupun rencananya mereka ingin mampir mencari kado untuk pertukaran kado saat SILANG nanti, serta mencari air mineral gelas untuk bekal nanti. IRTI, itulah tempat kami berencana untuk bertemu. Aku turun di halte busway Monumen Nasional (Monas), Aku berdiri memandang langit melewati halte, menelusuri zebra cross, diiringi irama yang indah, berasal dari lampu merah di sampingku. Terik matahari mengguyur kepalaku, hingga sampailah di sebuah tempat yang disebut-sebut bernama IRTI, aku melihat chat grup LINE, Sarah memberitahukan bahwa mereka sudah tiba di tempat yang banyak toiletnya, berwarna orange, aku melihat sekitar, dan melihat begitu banyak bangunan sebesar pos satpam berwarna orange, dan aku hanya melihat satu toilet yang berwarna orange, yep di situlah hampir saja aku mengira salah jalan. Tiba-tiba chat masuk kembali ribut, Sarah bilang benda orange itu terlihat seperti kios, okay aku kembali mendekati tempat itu dan yay akhirnya ketemu! Rizky, Winarto, Sarah lalu disusul dengan kedatangan Fahmi dan Icha, ada beberapa yang tidak memberikan kabar, ada juga yang bilang tidak bisa hadir. Saat itu, kami sedang menunggu Yodi dan Fuadi si ketua angkatan. Yodi sedang dalam perjalanan, sedangkan Fuad? Kami masih mencarinya, dia menghilang bahkan di chat LINE sekalipun, bahkan nomor teleponnya tidak aktif.
Ditemani terik matahari berhias perasaan bingung, akhirnya kami yang sudah hadir memutuskan untuk masuk duluan ke dalam monas untuk mencari tempat untuk menggelar tikar dan berpiknik! Di tengah perjalanan, aku melihat pemandangan yang sepertinya biasa namun terlihat luar biasa, ada waria! Kami para cowok berjuang untuk tidak melihat ke belakang, bahasa gaulnya mungkin move on. Di tengah perjalanan, suara gemuruh mulai terdengar di sekitar kami, suara gemuruh itu mengarahkan perhatianku pada pemandangan di depan, di dekat sebuah pohon, duduklah seseorang yang sedang melihat-lihat handphone yang mati, dengan santainya dia duduk seperti sedang di warteg. Bersandar di pohon, dialah si “geringgingen” Fuad! Ketua angkatan yang koplak ini malah bersantai di sini sementara kami berjuang keras mencarinya. Aku berlari menghampirinya, menggatak pundaknya, “Semprul, makhluk ajaib malah nangkring di sini!” Suara asing pun terdengar, “Astaghfirullahal‘adzim” ternyata suara itu bersumber dari waria yang tadi, yang tanpa kami sadari dia ada beberapa meter di sebelah kami! Awalnya ku pikir salah dengar, ternyata Sarah juga mendengarnya. Aku langsung menciut, tertawa nyengir, menunduk, sambil menunggu waria itu pergi meninggalkan kami.
Setelah lama mencari tempat, kami menemukan sebuah tempat kosong di tengah kerumunan manusia yang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang mencari nafkah, ada yang sedang merayakan sesuatu, ada yang sedang bermesraan, ada yang sedang menghibur manusia lainnya, ada yang sedang berdialog, dan kami dengan cepat langsung menyiapkan tikar. Hidangan lezat yang repot-repot dibawa oleh Icha akhirnya berhasil dihidangkan, tanah berbalut tikar dari Narto ini layaknya meja datar kerajaan yang mewah dibalut kebersamaan dan persahabatan. Sambil menunggu Yodi yang kelihatan sedang mencari kami, hidangan ringan pun tak kuasa kami tahan, beginilah ikhwan yang kelaparan. Apa yang dihidangkan tidak bisa disia-siakan begitu saja kan? Akhirnya Yodi pun datang, teman-teman 2011 yang lain yang kuharap membaca tulisan ini, kita akan berbagi dan kami akan selalu menganggap kalian tetap ada pada detik dimana kita berkumpul ini.
Detik ini kami akan mengenang semuanya, dari pertama kali kita berada di kampus dan mengenal organisasi tercinta ini, Sie Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Episode awal dalam acara ini dimulai, Rizky Ramdhona membuka acara yang begitu berarti di hari yang indah tak panas tak dingin, dikarenakan lebatnya pepohonan hijau di sekitar kami. Pembukaan yang sama seperti pembukaan acara islami lainnya, dilanjutkan dengan sambutan ketua angkatan, yang bisa dikatakan sebagai “marketing” SKI yang menyebarkan serbuk persaudaraan di antara kami. Dia yang mengajarkan bahwa kita sebagai organisasi dakwah tidak bisa menutupi diri dari pergaulan. Dia mengajarkan kita agar tetap berjamaah dalam berdakwah, tidak sebatas masjid, kajian, masjid, kajian, dakwah lebih dari itu.
Setelah itu, kami pun menyantap hidangan nasi bungkus yang telah disiapkan. Makan di tengah kebersamaan memang menyenangkan, bukan? Setelah selesai, kami memutuskan untuk menceritakan masing-masing pengalaman kami dari awal masuk SKI, atau bahkan masuk kuliah, hingga mengapa kita bisa betah di SKI, seorang penulis amatir yang hadir dalam hangatnya kebersamaan itu, merekam hampir semua apa yang mereka katakan, termasuk penulis amatir tersebut yang dengan senang hati dapat menjadi bagian dari organisasi yang penuh cinta ini.
Sesi ini dimulai dari Akhid Fuadi, yang bisa disapa Fuad. Berikut kisahnya:
Pada awalnya Fuad bertemu dengan bang Rizky yang ternyata sudah kerja, lalu dikenalin sama bang Dudi, bang Randhika yang angkatan 2008 yang kebetulan mereka juga anggota SKI. Ternyata Fuad yang berasal dari luar daerah Jakarta ini, sudah “jatuh hati” ingin kuliah di Jakarta, dan akhirnya dia menemukan takdirnya dari pondok hijrah ke Universitas Trisakti. Pertama kalinya, dia daftar di kampus A Usakti yang letaknya di Grogol, Jakarta Barat. Dua minggu kemudian, dia ditelepon Bu Niar untuk kuliah di kampus F Fakultas Ekonomi Usakti yang letaknya di Cempaka Putih, dia mengirim SMS ke bang Dudi dan kawan-kawan, “ Ada di kampus ga?” Akhirnya dari SMS itu dia bertemu dengan bang Rizwan, akhirnya untuk pertama kalinya dia dipertemukan dengan sekretariat SKI Ibnu Taimiyyah, yang akhirnya saat itu juga dia mendapatkan tempat kost yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.
“Fuad, ente  ikut SKI ya!” Kata salah satu senior saat itu. Fuad pun menyanggupi permintaan itu. Dia mendengar celotehan dari seniornya, celoteh kebahagiaan, “Asik dapat member baru!” Fuad pun hanya membalasnya dengan pertanyaan singkat, “Apaan?”
Fuad banyak bertanya ke bang Dudi tentang semuanya, “IP itu apa? IP 3 itu nanti gimana?” pada akhirnya membuat bang Dudi kesal, dan tidak membalas pesannya. Fuad pun tertawa menceritakan ketika bang Dudi kesal menghadapi pertanyaan “kritis dan berlimpah” darinya. Ketika pertama dia masuk trisakti dia langsung diberikan tantangan oleh Bu Niar, “Langsung dipatok IP 3 sanggup ga?” Sepertinya Fuad pun menyetujuinya.
Minggu pertama saat hari Jum’at, dia bertemu dengan bang Farhan yang saat itu sedang mengumandangkan adzan di masjid kampus F, baru saja Fuad bertanya, “ Adzan di sini gimana?” maksudnya jika ingin adzan di sini bagaimana? Besok harinya langsung disuruh adzan. Fuad pun tertawa. Setelah itu, dia masuk ke SKI dari menjadi ketua anngkatan, ketua departemen kerohanian BEM FE USAKTI, hingga sekarang telah menyelesaikan studinya di USAKTI dengan cukup gemilang. Alhamdulillah..
Kenapa Fuad betah di SKI? Dia menjawab, karena lingkungannya yang begitu nyaman dan hangat, dia bercerita ketika dia sedang tidak ada uang sama sekali dikarenakan mungkin anak rantauan sekaligus anak kost yang belum mendapat kiriman dari orang tuanya, dimintain nomor rekeningnya dengan alasan untuk data oleh senior angkatan 2009, tapi justru senior itu memberikannya uang melalui nomor rekening yang diberikan itu. Lalu ketika Fuad sedang sakit, dia dikirim obat juga sama seniornya, Fuad bilang seniornya baik-baik.
Baiklah, kita lanjut ke Winarto Sudrajad, sering disapa Narto, dia adalah mantan ketua SKI periode yang lalu, dan sekarang juga alhamdulillah sudah menyelesaikan studinya, dan sedang menunggu wisuda serta melanjutkan pendidikan profesi akuntansi, semoga Allah memudahkan langkahnya. Berikut kisahnya...
“Suatu hari di pertama kali, eeh? Eh ga deh gimana ya” Ucapnya.
Awalnya Narto mendapat amanah untuk mencari organisasi kerohanian, nah pas dia masuk Trisakti, dia bingung dan bertanya-tanya, “Apa iya di Trisakti ada rohisnya?”
Namun ketika dia masuk, dia mendapatkan sepercik harapan, dia bertemu pertama kalinya dengan Fuad, pada saat itu Fuad sedang mengenakan baju koko, pas banget. Fuad pun mengajaknya ke sekretariat SKI di kampus F, akhirnya kumpul bareng senior yang lainnya, seperti bang Cipto, bang Randhika, dan abang-abangan yang lainnya. Sedikit cerita, Narto sering sekali membahas “kitab kuning” bersama Fuad.
Apa yang membuatnya istiqomah sampai akhir masa jabatannya di SKI? Dia bilang, SKI adalah organisasi yang sesuai dengan persyaratan dan amanah dari ibunya, seperti tidak pulang malam, tidak neko-neko, dan tentu respek.
Yosh, kita lanjut ke pejuang kita yang gemar sekali dengan namanya “touring”, Fahmi Zuhdi namanya, sering disapa Fahmi atau Zuhdei! Berikut kisahnya.
“Ada anak ada bapak!” Kalimat intermezzo pembuka darinya.
Fahmi pada saat masuk agak telat, tidak sama seperti Fuad dan Narto pas di SKI nya. Dia mengira dia tidak akan lama di trisakti, karena dia pada awalnya sudah daftar di STAN dan tinggal menunggu hasil ujiannya diterima atau tidak. Pertama dia kenal SKI yaitu pada saat event Ramadha, lebih tepatnya ketika akan mengadakan santunan anak yatim, lagi-lagi sumbernya adalah Fuad dan Narto. Fahmi dulunya marawis loh. Nah ketika takdir mengatakan dia gagal di STAN, dan akhirnya Allah mengizinkannya untuk mengenal lebih dalam Trisakti termasuk SKI, akhirnya dia diajakin ngumpul, saking nyaman dan hangatnya persaudaraan dan persahabatan bahkan dengan seniornya bang Randhika, bang Ryan, dan kawan-kawan, akhirnya sampai sekarang dia bertahan.
Apa yang bikin nyaman? Akibat tergugahnya hati menggapai ridho ilahi, serta seniornya yang asik dan baik.
Selanjutnya, kita beranjak ke Yodi!
“Di suatu hari, di suatu pagi..”
Waktu SMA sudah pernah masuk rohis, jadi memang sudah biasa berkumpul dengan lingkungan islam. Sempat bingung mau ikut apa di trisakti. Akhirnya nyari yang sering bantu dan berbagi dalam pelajaran atau mata kuliah, eeh berbaginya berbagi ilmu ya, bukan contekan, karena di SKI juga ada program SSC (SKI Study Club) untuk membantu mahasiswa yang kesulitan memahami pelajaran kuliah. Hehe.. Pertma kali ketemu Icha, Sarah, dan Narto. Narto pertama kali mengajaknya bermain futsal, terus diajakin ke sekretariat SKI, lalu dikenalin deg sama yang lain yang sudah ikut SKI. Oh ya, sedikit info Yodi juga rantauan dari Sumatera Utara tepatnya di siborong-borong. Tambahan cerita, yodi mengaku pernah melihat pocong, entahlah mungkin dia sedang lelah ketika itu saat dia pertama kali ngekost, dan mendengar bahwa di situ tempatnya angker. Setelah itu, ketika sedang mencari barang buat PPSPP, bersama Sarah dan Yoan, tiba-tiba mati lampu di jalan sekitar, Yodi langsung lari meninggalkan barang-barangnya.
Apa yang membuatnya betah di SKI? Kumpulnya tidak terlalu malam, bisa mempelajari Islam lebih dalam, terus terasa keakrabannya, dan karena merasa nyaman, meskipun awalnya hanya coba-coba.
Selanjutnya, Achmad Aditya Avery, panggil saja Adit, si penulis culun yang mencoba merekam moment indah ini. Mungkin bagian ini, ditulis di bagian akhir saja. Kita akan melanjutnya ke sahabat-sahabat yang lain, karena pada dasarnya penulis amatir ini mungkin adalah orang yang paling akhir diberikan hidayah untuk masuk SKI Ibnu Taimiyyah ini.
Baik, lompat ke yang berikutnya adalah Rizky Ramdhona Putra, biasa disapa Rizky atau Eki, dia adalah yang penulis kenal paling aktif di dunia rohis, baik di SMA nya sebagai alumni, dan juga di kampus A, dan darinya Allah memberikan hidayah-Nya agar penulis amatir ini akhirnya dapat mengenal SKI. Awalnya di rohis SMA sempat bikin perjanjian, ‘Kita harus cari ladang dakwah yang lebih besar lagi! Bikin rencana lima tahun ke depan!” Semenjak SMP sudah diarahkan untuk masuk STAN, sampai di SMA ada dia ikut brevet, kursus tentang perpajakan. Dia bertanya pada gurunya di SMK, “Pak jika misalnya saya tidak masuk STAN, ada ga kampus yang menyediakan tentang perpajakan?” Akhirnya ada yang menyarankannya ke Universitas Trisakti. Nah dengan tidak niat, akhirnya dia menuju Trisakti, lalu bertanya ke satpam, “Pak, di sini ada ga perpajakan?” Asumsi Rizky saat itu adalah D4 Perpajakan, tapi satpamnya bilang tidak ada, yang ada adalah D3 Akuntansi Perpajakan, and because of that the story begin!
Pengumuman STAN pun keluar, dan Allah berkehendak lain. Dia pun akhirnya masuk D3 Akuntansi Pepajakan, ditelepon Pak Topik lalu ikut PPSPP (OSPEK), berbeda dari yang lain yang dominannya di kampus F, Rizky menemukan SKI di kampus A, melalui Pak Topik, dia bertanya tentang ada atau tidaknya rohis di Trisakti. Saat itu Pak Topik berkata, ada di SKI dan juga UKM Islam Hudzaifah dalam tingkatan Universitasnya, akhirnya dia mencari di  masjid.
Sedikit kisah ketika PPSPP berlangsung, SKI membagikan brosur promosi SKI, di saat menjelang solat Jum’at di kampus F, kebanyakan mahasiswa mendapatkan brosurnya, tapi sayangnya ketika dia menginginkan informasi tentang rohis dia justru tidak mendapatkan brosurnya. Dia menemukan selembar kertas kumuh yang telah terinjak-injak, di halaman sekitar kampus F, kertas itu tidak lain adalah brosur SKI, dia mengambilnya dan membacanya. Akhirnya dari brosur itu dia bertemu dengan Fuad dan Narto, lalu ketemu bang Randhika, dan Rizky pun bertanya, “Kapan kak mau kumpul kaya waktu di kampus F?” Akhirnya sebagai langkah awal karena dia berada di kampus A, dia bertemu dengan bang Yoga dan menjalankan liqo untuk pertama kalinya. Semenjak itu dia terus aktif di SKI, pernah menjadi koordinator kampus A yang setara dengan ketua umum SKI yang khusus menangani masalah di kampus A.
Saat PPSPP pernah dibilangin, bahasa kerennya dicengin sama seniornya, dibilang ekstrimis karena mengutip ayat Al-Qur’an ke dalam name tag miliknya, dan ayat tersebut dinilai.. ya begitulah... Semoga Allah melindunginya dan mengampuninya. Oh ya, ada cerita unik dan kocak juga, ketika ketemu salah satu dosen agama di Trisakti, beliau bernama Ustad Nurudin, suatu hari Ustad Nurudin bertanya, “Kamu kenal anak saya namanya Sarah?” Rizky yang saat itu belum mengetahuinya, karena mungkin Sarah ada di kampus F, sementara Rizky di kampus A, Rizky menjawab, “Engga Pak...” Lalu Ustad Nurudin itu menyuruhnya masuk ke SKI, ketika semester 3 anehnya Rizky baru nanya, “Pak, Sarah anaknya bapak?” Kami semua tertawa mendengarnya.
Apa sih yang bikin betah? Dia bilang, meskipun di SKI ini ga ada orangnya, sekalipun dia ga betah, dia bertekad tidak akan meninggalkan SKI.
Selanjutnya, cerita dari akhwat, Sarah Nuzulia N. R, biasa disapa Sarah, dia adalah mantan Ketua Keputrian SKI Ibnu Taimiyyah. Berikut kisahnya.
Sarah pada awalnya tidak ada niat masuk Trisakti, meskipun abi atau ayahnya mengajar di sana. Sarah masuk SKI pertama kali dikenali sama Kak Hani, pada awal kuliahnya, dia sekelas sama Fahmi. Setelah itu, dia masuk SKI lalu bertemu dengan Fuad dan Narto. Waktu awal-awal di SKI, Sarah mengaku sering kabur-kaburan. Acara pertama yang diikutinya adalah saat santunan anak yatim, yang saat itu dia ingat Kak Sylva salah satu senior SKI terjatuh ketika ingin foto bareng pas ketika ingin buka puasa. Tambahnya, dulu Fuad terkenal, dia bilang, “Tanya anak beasiswa yang ga kenal Fuad?” Sambil tertawa.
Sempet shock juga melihat pergaulan mahasiswa sekitarnya, akhirnya dia fokus ke SKI, bertemu Adit dan Rizky di BEM FE, dia masuk ke departemen kerohanian. Lebih mengenal Kak Sylva dan kawan-kawan melalui SKI, mulai merasakan pergaulan yang begitu beda, begitu cocok dan enak, dimulai saat acara ITALI (Indahnya Tafakur Alam ala SKI). Sering cerita-cerita sama Arifina, yang merupakan anggota SKI juga, sayangnya dia tidak hadir pada acara hari ini, Sarah menceritakan bahawa dulu Arifin belum menggunakan jilbab, hingga sekarang akhirnya dapat istiqomah menggunakan jilbab. Sarah berkata, “Mulai istiqomah di SKI pas kita LDKI (Latihan Dasar Kepemimpinan Islam)”. Terus ketemu teman-teman yang lain, yang menurut pemilik kepribadian sanguin ini, di SKI orangnya kocak-kocak seperti misalnya Kak Sylva, Fuad, Adit yang memang mereka semua adalah sanguin, si ceria.
Apa yang membuatnya betah di SKI? Tentu karena orang-orangnya asik, kocak, baik!
Selanjutnya akhwat yang terakhir yang hadir di acara ini, Khairunnisa Muthia, akrab disapa Icha.
Dia bilang, intinya sama seperti Sarah, awalnya berawal dari Kak Hani, pernah ketika jajan di kantin, ditegur atau disapa Kak Hani, awalnya Icha mengaku agak serem dan sempet takut (suudzon) karena penampilannya dan pribadi kak Hani yang pendiam tapi SKSD, personal banget. Awalnya memang sudah niat ingin masuk rohis, dia tidak ikut ITALI pertama, tapi ikut ketika LDKI. Awal karirnya di SKI (asik karir bahasanya), dia ikut BBQ (Belajar Baca Qur’an) sama Kak Hani, terus ke sekretariat yang menurutnya lumayan buat nyimpen helm, buku, dan kawan-kawan. Kenal Fahmi karena dia komti (ketua kelas) di kelasnya, ketika Fahmi minta nomor HP seluruh teman-teman sekelasnya, kenal Sarah dari PPSPP karena satu kelompok.
Kenapa bertahan di SKI? Icha bilang, “Karena kebutuhan, walaupun ga bener-bener banget, seru walaupun masih ga banyak orangnya, seru lah!”
Selanjutnya, yang terakhir dari pertunjukan hari ini, penulis amatir yang akan menceritakan kisahnya.
Tentu mungkin tidak sebesar perjuangan teman-teman yang lainnya, di balik tawa yang ada terdapat begitu banyak cerita yang ingin diceritakan, dan pada saat itu tidak dapat dijelaskan dengan mulut ini, aku adalah pena dari sebuah kisah, aku hanya bisa bebas ketika menuliskannya.
Aku hanya remaja labil yang bahkan tidak tahu kemana aku akan hidup, di awal mencari tempat kuliah, aku berharap masuk ke jurusan seni. Akhirnya dengan alasan kesempatan bekerja yang “katanya” lebih besar akhirnya aku memutuskan untuk masuk jurusan yang ada hubungannya dengan akuntansi, sama halnya calon mahasiswa lain kebanyakan memilih dan berharap masuk universitas negeri walaupun sebagian lain tidak peduli dengan swasta atau negeri, dan saat itulah aku masuk dalam kategori orang yang berharap dan orang yang digagalkan, yep negeri ini bahkan tak menerimaku. Aku tidak bisa menunggu seperti beberapa orang yang tetap ingin test di perguruan tinggi negeri, pilihannya hanya dua swasta atau tidak kuliah sama sekali atau bisa dibilang kerja, dan saran yang paling menguntungkan dan yang terbaik saat itu lanjut kuliah di swasta jurusan D3 Akuntansi Perpajakan di Universitas Trisakti karena memang cara inilah yang termurah dan kuharap yang terbaik, karena orang tua berperan dalam proses ini.
Awal masuk kuliah, aku bisa dibilang makhluk asing di tempat asing, meskipun Jakarta dan Tangerang tidak sejauh Padang, Sumatera, Aceh, Ambon, dan lain sebagainya. Bertahan hidup di awal kuliah, sampai seorang dosen memanggil namaku untuk dijadikan komti, komti seluruh mata kuliah di satu semester, benar-benar pengalaman yang besar, aku tidak pernah memimpin sebelumya, tapi kenapa sekarang aku harus memimpin satu kelas yang bahkan tidak ada satu pun yang kukenal. PPSPP pun tiba, mimpi buruk bagi mahasiswa tingkat awal, tapi saat itu aku menemukan seorang teman di kampus F, Akhir Fuadi, dia kocak, dan entah kenapa berbicara dengannya sangat menyenangkan, dialah satu-satunya orang asing yang kukenal selain dari kelasku sendiri. Allah berkehendak lain, semester berikutnya aku bertahan, dan benar Allah Maha Penyayang, Mahakuasa atas segala takdir hambanya, satu kelas itu adalah sahabatku, dan di semester dua aku pun mendapat kepercayaan lagi untuk menjadi komti, begitu juga semester berikutnya, semakin banyak kelas yang berbeda, semakin luas aku mengenal, semakin banyak sahabatku di D3 Akuntansi Perpajakan, hingga saat itu aku mencoba menampar diri, “Jika saja aku memaksakan diri untuk masuk jurusan seni, atau masuk negeri, apakah aku bisa seperti ini?”
Selain teman-teman di D3 Akuntansi Perpajakan yang baik-baik, aku juga menemukan beberapa organisasi, salah satunya Sie Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah, semenjak pelajaran agama Islam yang dosennya saat itu adalah Ustad Nurudin, aku tiba-tiba berpikir ingin masuk organisasi Islam dan belajar lebih dalam mengenai Islam, dua semester yang penuh kegalauan, Fuad berulang kali membuatku ngiler dengan sebuah organisasi rohis yang terdengar begitu baik, yang senior baik-baik, dan sering belajar bersama di masjid, saat itu aku berpikir organisasi itu hanya di kampus F saja, aku tidak mendengar ada kehidupan rohis di kampus A ini. Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan Rizky, dia yang pertama menjelaskan apa itu SKI, dan dialah yang mengajakku untuk mendaftarkan diri. Awalnya aku ragu untuk mendaftar, karena aku merasa bobrok dalam hal amal, bacaan Al-Quran, dan aku tidak yakin apa iya seorang sepertiku bisa berada dalam organisasi Islam?
Beberapa hari setelah Rizky memberiku sebuah contact person untuk dihubungi, dengan format mendaftar, Nama, NIM, Jurusan, Nomor Handphone, aku memantapkan diri untuk mengirim SMS tersebut. Beberapa hari kemudian, SMS masuk pun tiba, saat itu SMS dari Kak Syifa, yang menyuruhku untuk datang screening, semacam wawancara untuk masuk ke suatu organisasi kampus, saat itu screeningnya dilakukan di gedung S lantai 3, aku pun menyanggupinya. Saat itu aku juga punya janji ingin masuk himpunan D3 Akuntansi Perpajakan, tapi aku menunggu tidak kunjung ada kabar mengenai screeningnya. Setelah selesai screening, yang saat itu juga aku langsung diberikan lembaran berisikan peralatan yang harus dibawa saat LDKI, yang akan dilaksanakan dua hari Sabtu ini. Setelah selesai, aku kembali ke kelas dengan berdebar-debar, pasalnya ketika screening aku ditanya, “Sudah punya pacar? Kamu percaya kalau jodoh di tangan Allah?” pertanyaan yang langsung menusuk, pada saat itu memang punya, jadi yah mustahil juga untuk mengelak, dan pertanyaan itu membuatku hampir saja membatalkan niat untuk masuk SKI, karena aku merasa semakin tidak layak. Hari Jum’at, akhirnya aku memutuskan untuk tetap masuk ke SKI, langsung bertemu Bang Septyan di radio MS3 untuk bayar LDKI, dan besoknya aku akan berangkat.
Menjelang keberangkatan, munculah kabar bahwa hari Sabtu bertepatan dengan LDKI, akan dilaksanakan screening himpunan, dan pada saat itulah cobaan yang cukup besar, dan aku tetap memutuskan berangkat. Inilah event yang pertama kali aku ikuti di SKI-IT, LDKI, dan aku bertemu dengan Fuad dan mengenal yang lainnya. Satu kekhawatiranku di sini adalah aku takut senior membahas masalah “Kenapa aku masih pacaran?” dan saat itu juga aku ditunjuk jadi ketua kelompok 1. Alhamdulillah, tidak ada yang membahas hal itu, sekarang pertanyaan senior justru, “Kenapa kalian memilih dia sebagai ketua kelompok?” pada saat di sebuah pos senior menyuruhku memberi salam kepada pohon, dan aku pun melakukannya! Akhirnya dihukumlah kami satu kelompok. Sebelum berjalan menuju pos, kelompok kami belum punya yel-yel, dan saat itu baru bangun tidur, sekitar jam setengah 3 pagi, dan senior menanyakan yel-yel masing-masing kelompok, dengan modal nekat akhirnya spontan aku menunjukan yel-yel “darurat” yang hanya kuingat malam itu, besoknya lupa.
Keesokan harinya ketika di penghujung acara LDKI, diadakan PENSIL (Pentas Seni Islam), kelompok kami membawakan musikalisasi puisi, saat itu aku tidak hafal lirik nasyid yang dibawakan, Hijjaz yang berjudul Rasulullah, akhirnya aku hanya bertindak sebagai backing vocal dengan suara “Uhuuu uhuuu!” diiringi tepuk tangan dan aksi yang dianggap konyol. Tidak peduli seberapa malunya, yang penting aku bisa melihat mereka tertawa terhibur, dari situ aku mengenal banyak teman dan senior untuk pertama kalinya.
            Tahun pertama di SKI, aku benar-benar tidak terlihat aktif, di samping aku masuk BEM di departemen yang bukan kerohanian, itu membuatku menerima double job. Sehingga aku terlalu fokus ke acara departemen P3M, yang menyangkut pengabdian masyarakat. Satu acara dimana aku menjadi ketuanya, acara itu sangat besar, dan akhirnya acara itu gagal, membuatku terauma untuk menjadi pemimpin lagi. Namun ketika periode berikutnya, Winarto yang menjadi ketua umum SKI, dengan gamblangnya aku dipilih memimpin acara LDKI, aku sudah bilang, “Yakin ga nih? Seriusan? Ane pernah gagal mimpin acara di BEM!” Narto hanya berkata, “Justru karena ente pernah gagal, ente harus tunjukan kalau ente itu bisa!” Kata-kata yang bahkan lebih indah dari puisi itu, membuatku menanggapi permintaannya.
            Akhirnya, di akhir periode acara itu berhasil dilaksanakan meskipun dengan beberapa kekurangan. Aku belajar banyak di sini, mulai dari pentingnya menjaga amanah, persahabatan dan persaudaraan yang begitu kental, anggota-anggota yang entah kenapa setiap aku melihat mereka seberapa pun banyaknya beban, seberapa pun buruknya mood saat itu, ketika bertemu mereka semua ketegangan menghilang berubah menjadi kebahagiaan dan keceriaan, sehingga apapun kondisinya, sesulit apapun acaranya, kami lakukan dengan ceria dan santai tapi tetap fokus. Selalu saja ada cara, selalu saja ada moment yang patut diabadikan. Itulah mengapa aku mampu bertahan hingga akhir periode ini.
“Be brave, be strong, keep our da’wah together!” (SKI-IT FE USAKTI - LDKI 2014)
“Be happy, be friendly, keep our da’wah together!” (UKM Islam Hudzaifah Periode 2014-2015)
Mungkin ini terakhir tapi bukan yang terakhir, untuk penyambung tali silaturahmi kita, semoga ke depannya kita bisa bersapa dan berjumpa kembali, bahkan mengadakan SILANG kembali, tentu dengan cerita yang berbeda. Sebagai penutup, Rizky Ramdhona sebagai ketua pelaksana SILANG kali ini mengatakan, “Walau jasad kit berpisah, sejatinya ghiroh kita selalu bersama, walau kita bukan lagi berada dalam wadah yang sama, sejatinya tak akan ada yang bisa memisahkan kita. Entah esaok lusa atau akhir dunia ini, bisa kita lihat hari ini Allah selalu menyatukan kita dalam ketaatan di jalan-Nya, sampai jumpa kembali dalam kebersamaan. Jadi kalau di kampus kita sempat menyandang petinggi dakwah kampus, seharusnya kita tidak berhenti sampai di sini. Ketika apapun kegiatan kita, kita dan dakwah tak akan pernah berpisah.” Itulah surat cinta Rizky kepada SKI-IT. Diakhiri dengan doa rabithah:
Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cinta-Mu, bersatu dalam ketaatan, bertemu dalam perjuangan menegakkan syariat dalam kehidupan, maka kuatkanlah ikatannya ya Allah, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal pada-Mu, hidupkan dalam ma’rifat-Mu, matikan dalam syahid di jalan-Mu, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pelindung dan pembela.