By:
SKI-IT FE USAKTI 2011
Hope we will meet again someday...
Again and again...
I don't want to go anywhere...
But no, I should walk on...
We want to change the world...
Although we just a little ants in the middle of
world...
The story that we made together...
That makes us walk on together...
It's not the end...
Assalamu
'alaikum, 2011.
Jika diary dapat berbicara, hari ini akan
menjadi hari tersibuk bagi sang diary, dia akan mengulang dan mengulang,
mengenang dan mengenang, setiap kenangan yang mungkin saja tidak bisa terulang
lagi. Kini tanpa terasa lembaran itu berlalu. Begitu deras aliran waktu,
membawa kita di penghujung perjuangan, di awal kehidupan baru sebagai pembawa
nama pemuda yang baru, yang kelak akan menghiasi dunia dengan sayap yang indah,
merobek kekacauan, memperbaiki kebenaran.
Sepulang liqo yang aku, Rizky, Winarto, dan
Farhan dari angkatan 2013 lakukan bersama bang Yogi di sekretariat UKM Islam
Hudzaifah Universitas Trisakti. Sedikit cerita ini pertama kalinya kami
mengadakan liqo di hari Minggu. Ngomong-ngomong, sedikit pejelasan liqo itu
semacam kajian kecil yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berkisar 4 atau
lebih, tapi biasanya tidak terlalu banyak. Liqo merupakan sarana untuk
meningkatkan keimanan kita terutama para aktivis dakwah kampus atau biasanya
disingkat ADK. Biasanya di liqo akan diawalai dengan pembukaan oleh MC, lalu
membaca bismillah, dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an secara bergantian
(biasanya satu halaman per orang), dilanjutkan dengan materi, diiringi dengan
sharing yang biasanya digunakan sebagai sarana curhat, karena di dalam liqo
hanya ada beberapa orang jadi bisa leluasa bertanya. Kami bahkan tidak jarang
menanyakan tentang kegiatan kampus, serta bagaimana mengembangkan dakwah di
kampus agar lebih optimal hingga sampai ke masalah anak remaja, seperti galau
karena tugas kuliah atau bahkan jodoh mungkin.
Selepas liqo, aku, Rizky, dan Winarto pun segera
mempersiapkan diri untuk sebuah acara yang telah kami rencanakan sejak beberapa
minggu lalu. Yep, Silaturahmi Angkatan (SILANG) 2011, Sie Kerohanian Islam
Ibnu Taimiyyah Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, dengan desakan dari
ketua angkatan, Akhid Fuadi, si kocak yang penuh semangat! Lalu kami pun
menunjuk penanggungjawab acara, yang menjadi teman satu liqo yaitu Rizky
Ramdhona, si serius yang super sibuk, dan super santai ini ketika di hari H
bahkan belum sama sekali memikirkan rundown acaranya, dia bilang, "Apa
yang akan kita lakukan di sana? Hanya bersenang-senang sambil mengenang
masa-masa indah di SKI." Ucapnya dengan senyuman khas yang santai. Saat di
pertengahan liqo dia baru saja mendapatkan inspirasi, acara SILANG 2011
bertemakan Berpisah untuk Bersama, aku terlonjak dan langsung menyahut
girang, menyambut ide segar itu.
Okay, singkat waktu, karena Rizky lupa membawa
helm dua, aku tidak jadi naik motor bersejarah bersamanya, aku menyusul Rizky
dan Winarto yang sudah berangkat terlebih dahulu menuju Monas dengan busway,
walaupun rencananya mereka ingin mampir mencari kado untuk pertukaran kado saat
SILANG nanti, serta mencari air mineral gelas untuk bekal nanti. IRTI, itulah
tempat kami berencana untuk bertemu. Aku turun di halte busway Monumen Nasional
(Monas), Aku berdiri memandang langit melewati halte, menelusuri zebra cross,
diiringi irama yang indah, berasal dari lampu merah di sampingku. Terik
matahari mengguyur kepalaku, hingga sampailah di sebuah tempat yang
disebut-sebut bernama IRTI, aku melihat chat grup LINE, Sarah memberitahukan
bahwa mereka sudah tiba di tempat yang banyak toiletnya, berwarna orange, aku
melihat sekitar, dan melihat begitu banyak bangunan sebesar pos satpam berwarna
orange, dan aku hanya melihat satu toilet yang berwarna orange, yep di situlah
hampir saja aku mengira salah jalan. Tiba-tiba chat masuk kembali ribut, Sarah
bilang benda orange itu terlihat seperti kios, okay aku kembali mendekati
tempat itu dan yay akhirnya ketemu! Rizky, Winarto, Sarah lalu disusul dengan
kedatangan Fahmi dan Icha, ada beberapa yang tidak memberikan kabar, ada juga yang
bilang tidak bisa hadir. Saat itu, kami sedang menunggu Yodi dan Fuadi si ketua
angkatan. Yodi sedang dalam perjalanan, sedangkan Fuad? Kami masih mencarinya,
dia menghilang bahkan di chat LINE sekalipun, bahkan nomor teleponnya tidak
aktif.
Ditemani terik matahari berhias perasaan
bingung, akhirnya kami yang sudah hadir memutuskan untuk masuk duluan ke dalam
monas untuk mencari tempat untuk menggelar tikar dan berpiknik! Di tengah
perjalanan, aku melihat pemandangan yang sepertinya biasa namun terlihat luar
biasa, ada waria! Kami para cowok berjuang untuk tidak melihat ke belakang,
bahasa gaulnya mungkin move on. Di tengah perjalanan, suara gemuruh
mulai terdengar di sekitar kami, suara gemuruh itu mengarahkan perhatianku pada
pemandangan di depan, di dekat sebuah pohon, duduklah seseorang yang sedang
melihat-lihat handphone yang mati, dengan santainya dia duduk seperti sedang di
warteg. Bersandar di pohon, dialah si “geringgingen” Fuad! Ketua angkatan yang
koplak ini malah bersantai di sini sementara kami berjuang keras mencarinya.
Aku berlari menghampirinya, menggatak pundaknya, “Semprul, makhluk ajaib malah
nangkring di sini!” Suara asing pun terdengar, “Astaghfirullahal‘adzim”
ternyata suara itu bersumber dari waria yang tadi, yang tanpa kami sadari dia
ada beberapa meter di sebelah kami! Awalnya ku pikir salah dengar, ternyata
Sarah juga mendengarnya. Aku langsung menciut, tertawa nyengir, menunduk,
sambil menunggu waria itu pergi meninggalkan kami.
Setelah lama mencari tempat, kami menemukan
sebuah tempat kosong di tengah kerumunan manusia yang sedang sibuk dengan
urusannya masing-masing. Ada yang mencari nafkah, ada yang sedang merayakan
sesuatu, ada yang sedang bermesraan, ada yang sedang menghibur manusia lainnya,
ada yang sedang berdialog, dan kami dengan cepat langsung menyiapkan tikar.
Hidangan lezat yang repot-repot dibawa oleh Icha akhirnya berhasil dihidangkan,
tanah berbalut tikar dari Narto ini layaknya meja datar kerajaan yang mewah
dibalut kebersamaan dan persahabatan. Sambil menunggu Yodi yang kelihatan
sedang mencari kami, hidangan ringan pun tak kuasa kami tahan, beginilah ikhwan
yang kelaparan. Apa yang dihidangkan tidak bisa disia-siakan begitu saja kan?
Akhirnya Yodi pun datang, teman-teman 2011 yang lain yang kuharap membaca
tulisan ini, kita akan berbagi dan kami akan selalu menganggap kalian tetap ada
pada detik dimana kita berkumpul ini.
Detik ini kami akan mengenang semuanya, dari
pertama kali kita berada di kampus dan mengenal organisasi tercinta ini, Sie
Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Episode
awal dalam acara ini dimulai, Rizky Ramdhona membuka acara yang begitu berarti
di hari yang indah tak panas tak dingin, dikarenakan lebatnya pepohonan hijau
di sekitar kami. Pembukaan yang sama seperti pembukaan acara islami lainnya,
dilanjutkan dengan sambutan ketua angkatan, yang bisa dikatakan sebagai
“marketing” SKI yang menyebarkan serbuk persaudaraan di antara kami. Dia yang
mengajarkan bahwa kita sebagai organisasi dakwah tidak bisa menutupi diri dari
pergaulan. Dia mengajarkan kita agar tetap berjamaah dalam berdakwah, tidak
sebatas masjid, kajian, masjid, kajian, dakwah lebih dari itu.
Setelah itu, kami pun menyantap hidangan nasi
bungkus yang telah disiapkan. Makan di tengah kebersamaan memang menyenangkan,
bukan? Setelah selesai, kami memutuskan untuk menceritakan masing-masing
pengalaman kami dari awal masuk SKI, atau bahkan masuk kuliah, hingga mengapa
kita bisa betah di SKI, seorang penulis amatir yang hadir dalam hangatnya
kebersamaan itu, merekam hampir semua apa yang mereka katakan, termasuk penulis
amatir tersebut yang dengan senang hati dapat menjadi bagian dari organisasi
yang penuh cinta ini.
Sesi ini dimulai dari Akhid Fuadi, yang bisa
disapa Fuad. Berikut kisahnya:
Pada awalnya Fuad bertemu dengan bang Rizky yang
ternyata sudah kerja, lalu dikenalin sama bang Dudi, bang Randhika yang
angkatan 2008 yang kebetulan mereka juga anggota SKI. Ternyata Fuad yang
berasal dari luar daerah Jakarta ini, sudah “jatuh hati” ingin kuliah di
Jakarta, dan akhirnya dia menemukan takdirnya dari pondok hijrah ke Universitas
Trisakti. Pertama kalinya, dia daftar di kampus A Usakti yang letaknya di
Grogol, Jakarta Barat. Dua minggu kemudian, dia ditelepon Bu Niar untuk kuliah
di kampus F Fakultas Ekonomi Usakti yang letaknya di Cempaka Putih, dia
mengirim SMS ke bang Dudi dan kawan-kawan, “ Ada di kampus ga?” Akhirnya dari
SMS itu dia bertemu dengan bang Rizwan, akhirnya untuk pertama kalinya dia
dipertemukan dengan sekretariat SKI Ibnu Taimiyyah, yang akhirnya saat itu juga
dia mendapatkan tempat kost yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.
“Fuad, ente
ikut SKI ya!” Kata salah satu senior saat itu. Fuad pun menyanggupi
permintaan itu. Dia mendengar celotehan dari seniornya, celoteh kebahagiaan,
“Asik dapat member baru!” Fuad pun hanya membalasnya dengan pertanyaan singkat,
“Apaan?”
Fuad banyak bertanya ke bang Dudi tentang
semuanya, “IP itu apa? IP 3 itu nanti gimana?” pada akhirnya membuat bang Dudi
kesal, dan tidak membalas pesannya. Fuad pun tertawa menceritakan ketika bang
Dudi kesal menghadapi pertanyaan “kritis dan berlimpah” darinya. Ketika pertama
dia masuk trisakti dia langsung diberikan tantangan oleh Bu Niar, “Langsung
dipatok IP 3 sanggup ga?” Sepertinya Fuad pun menyetujuinya.
Minggu pertama saat hari Jum’at, dia bertemu
dengan bang Farhan yang saat itu sedang mengumandangkan adzan di masjid kampus
F, baru saja Fuad bertanya, “ Adzan di sini gimana?” maksudnya jika ingin adzan
di sini bagaimana? Besok harinya langsung disuruh adzan. Fuad pun tertawa. Setelah
itu, dia masuk ke SKI dari menjadi ketua anngkatan, ketua departemen kerohanian
BEM FE USAKTI, hingga sekarang telah menyelesaikan studinya di USAKTI dengan
cukup gemilang. Alhamdulillah..
Kenapa Fuad betah di SKI? Dia menjawab, karena
lingkungannya yang begitu nyaman dan hangat, dia bercerita ketika dia sedang
tidak ada uang sama sekali dikarenakan mungkin anak rantauan sekaligus anak
kost yang belum mendapat kiriman dari orang tuanya, dimintain nomor rekeningnya
dengan alasan untuk data oleh senior angkatan 2009, tapi justru senior itu
memberikannya uang melalui nomor rekening yang diberikan itu. Lalu ketika Fuad
sedang sakit, dia dikirim obat juga sama seniornya, Fuad bilang seniornya
baik-baik.
Baiklah, kita lanjut ke Winarto Sudrajad, sering
disapa Narto, dia adalah mantan ketua SKI periode yang lalu, dan sekarang juga
alhamdulillah sudah menyelesaikan studinya, dan sedang menunggu wisuda serta
melanjutkan pendidikan profesi akuntansi, semoga Allah memudahkan langkahnya.
Berikut kisahnya...
“Suatu hari di pertama kali, eeh? Eh ga deh
gimana ya” Ucapnya.
Awalnya Narto mendapat amanah untuk mencari
organisasi kerohanian, nah pas dia masuk Trisakti, dia bingung dan
bertanya-tanya, “Apa iya di Trisakti ada rohisnya?”
Namun ketika dia masuk, dia mendapatkan sepercik
harapan, dia bertemu pertama kalinya dengan Fuad, pada saat itu Fuad sedang
mengenakan baju koko, pas banget. Fuad pun mengajaknya ke sekretariat SKI di
kampus F, akhirnya kumpul bareng senior yang lainnya, seperti bang Cipto, bang
Randhika, dan abang-abangan yang lainnya. Sedikit cerita, Narto sering sekali
membahas “kitab kuning” bersama Fuad.
Apa yang membuatnya istiqomah sampai akhir masa
jabatannya di SKI? Dia bilang, SKI adalah organisasi yang sesuai dengan persyaratan
dan amanah dari ibunya, seperti tidak pulang malam, tidak neko-neko, dan tentu
respek.
Yosh, kita lanjut ke pejuang kita yang gemar
sekali dengan namanya “touring”, Fahmi Zuhdi namanya, sering disapa Fahmi atau
Zuhdei! Berikut kisahnya.
“Ada anak ada bapak!” Kalimat intermezzo pembuka
darinya.
Fahmi pada saat masuk agak telat, tidak sama
seperti Fuad dan Narto pas di SKI nya. Dia mengira dia tidak akan lama di
trisakti, karena dia pada awalnya sudah daftar di STAN dan tinggal menunggu
hasil ujiannya diterima atau tidak. Pertama dia kenal SKI yaitu pada saat event
Ramadha, lebih tepatnya ketika akan mengadakan santunan anak yatim, lagi-lagi
sumbernya adalah Fuad dan Narto. Fahmi dulunya marawis loh. Nah ketika takdir
mengatakan dia gagal di STAN, dan akhirnya Allah mengizinkannya untuk mengenal
lebih dalam Trisakti termasuk SKI, akhirnya dia diajakin ngumpul, saking nyaman
dan hangatnya persaudaraan dan persahabatan bahkan dengan seniornya bang
Randhika, bang Ryan, dan kawan-kawan, akhirnya sampai sekarang dia bertahan.
Apa yang bikin nyaman? Akibat tergugahnya hati
menggapai ridho ilahi, serta seniornya yang asik dan baik.
Selanjutnya, kita beranjak ke Yodi!
“Di suatu hari, di suatu pagi..”
Waktu SMA sudah pernah masuk rohis, jadi memang
sudah biasa berkumpul dengan lingkungan islam. Sempat bingung mau ikut apa di
trisakti. Akhirnya nyari yang sering bantu dan berbagi dalam pelajaran atau
mata kuliah, eeh berbaginya berbagi ilmu ya, bukan contekan, karena di SKI juga
ada program SSC (SKI Study Club) untuk membantu mahasiswa yang kesulitan
memahami pelajaran kuliah. Hehe.. Pertma kali ketemu Icha, Sarah, dan Narto.
Narto pertama kali mengajaknya bermain futsal, terus diajakin ke sekretariat
SKI, lalu dikenalin deg sama yang lain yang sudah ikut SKI. Oh ya, sedikit info
Yodi juga rantauan dari Sumatera Utara tepatnya di siborong-borong. Tambahan
cerita, yodi mengaku pernah melihat pocong, entahlah mungkin dia sedang lelah
ketika itu saat dia pertama kali ngekost, dan mendengar bahwa di situ tempatnya
angker. Setelah itu, ketika sedang mencari barang buat PPSPP, bersama Sarah dan
Yoan, tiba-tiba mati lampu di jalan sekitar, Yodi langsung lari meninggalkan
barang-barangnya.
Apa yang membuatnya betah di SKI? Kumpulnya
tidak terlalu malam, bisa mempelajari Islam lebih dalam, terus terasa
keakrabannya, dan karena merasa nyaman, meskipun awalnya hanya coba-coba.
Selanjutnya, Achmad Aditya Avery, panggil saja
Adit, si penulis culun yang mencoba merekam moment indah ini. Mungkin bagian
ini, ditulis di bagian akhir saja. Kita akan melanjutnya ke sahabat-sahabat
yang lain, karena pada dasarnya penulis amatir ini mungkin adalah orang yang
paling akhir diberikan hidayah untuk masuk SKI Ibnu Taimiyyah ini.
Baik, lompat ke yang berikutnya adalah Rizky
Ramdhona Putra, biasa disapa Rizky atau Eki, dia adalah yang penulis kenal
paling aktif di dunia rohis, baik di SMA nya sebagai alumni, dan juga di kampus
A, dan darinya Allah memberikan hidayah-Nya agar penulis amatir ini akhirnya
dapat mengenal SKI. Awalnya di rohis SMA sempat bikin perjanjian, ‘Kita harus
cari ladang dakwah yang lebih besar lagi! Bikin rencana lima tahun ke depan!”
Semenjak SMP sudah diarahkan untuk masuk STAN, sampai di SMA ada dia ikut
brevet, kursus tentang perpajakan. Dia bertanya pada gurunya di SMK, “Pak jika
misalnya saya tidak masuk STAN, ada ga kampus yang menyediakan tentang
perpajakan?” Akhirnya ada yang menyarankannya ke Universitas Trisakti. Nah
dengan tidak niat, akhirnya dia menuju Trisakti, lalu bertanya ke satpam, “Pak,
di sini ada ga perpajakan?” Asumsi Rizky saat itu adalah D4 Perpajakan, tapi
satpamnya bilang tidak ada, yang ada adalah D3 Akuntansi Perpajakan, and because of that the story begin!
Pengumuman STAN pun keluar, dan Allah
berkehendak lain. Dia pun akhirnya masuk D3 Akuntansi Pepajakan, ditelepon Pak
Topik lalu ikut PPSPP (OSPEK), berbeda dari yang lain yang dominannya di kampus
F, Rizky menemukan SKI di kampus A, melalui Pak Topik, dia bertanya tentang ada
atau tidaknya rohis di Trisakti. Saat itu Pak Topik berkata, ada di SKI dan
juga UKM Islam Hudzaifah dalam tingkatan Universitasnya, akhirnya dia mencari
di masjid.
Sedikit kisah ketika PPSPP berlangsung, SKI
membagikan brosur promosi SKI, di saat menjelang solat Jum’at di kampus F,
kebanyakan mahasiswa mendapatkan brosurnya, tapi sayangnya ketika dia
menginginkan informasi tentang rohis dia justru tidak mendapatkan brosurnya.
Dia menemukan selembar kertas kumuh yang telah terinjak-injak, di halaman
sekitar kampus F, kertas itu tidak lain adalah brosur SKI, dia mengambilnya dan
membacanya. Akhirnya dari brosur itu dia bertemu dengan Fuad dan Narto, lalu
ketemu bang Randhika, dan Rizky pun bertanya, “Kapan kak mau kumpul kaya waktu
di kampus F?” Akhirnya sebagai langkah awal karena dia berada di kampus A, dia
bertemu dengan bang Yoga dan menjalankan liqo untuk pertama kalinya. Semenjak
itu dia terus aktif di SKI, pernah menjadi koordinator kampus A yang setara
dengan ketua umum SKI yang khusus menangani masalah di kampus A.
Saat PPSPP pernah dibilangin, bahasa kerennya
dicengin sama seniornya, dibilang ekstrimis karena mengutip ayat Al-Qur’an ke
dalam name tag miliknya, dan ayat tersebut dinilai.. ya begitulah... Semoga
Allah melindunginya dan mengampuninya. Oh ya, ada cerita unik dan kocak juga,
ketika ketemu salah satu dosen agama di Trisakti, beliau bernama Ustad Nurudin,
suatu hari Ustad Nurudin bertanya, “Kamu kenal anak saya namanya Sarah?” Rizky
yang saat itu belum mengetahuinya, karena mungkin Sarah ada di kampus F,
sementara Rizky di kampus A, Rizky menjawab, “Engga Pak...” Lalu Ustad Nurudin
itu menyuruhnya masuk ke SKI, ketika semester 3 anehnya Rizky baru nanya, “Pak,
Sarah anaknya bapak?” Kami semua tertawa mendengarnya.
Apa sih yang bikin betah? Dia bilang, meskipun
di SKI ini ga ada orangnya, sekalipun dia ga betah, dia bertekad tidak akan
meninggalkan SKI.
Selanjutnya, cerita dari akhwat, Sarah Nuzulia
N. R, biasa disapa Sarah, dia adalah mantan Ketua Keputrian SKI Ibnu Taimiyyah.
Berikut kisahnya.
Sarah pada awalnya tidak ada niat masuk
Trisakti, meskipun abi atau ayahnya mengajar di sana. Sarah masuk SKI pertama
kali dikenali sama Kak Hani, pada awal kuliahnya, dia sekelas sama Fahmi.
Setelah itu, dia masuk SKI lalu bertemu dengan Fuad dan Narto. Waktu awal-awal
di SKI, Sarah mengaku sering kabur-kaburan. Acara pertama yang diikutinya
adalah saat santunan anak yatim, yang saat itu dia ingat Kak Sylva salah satu
senior SKI terjatuh ketika ingin foto bareng pas ketika ingin buka puasa.
Tambahnya, dulu Fuad terkenal, dia bilang, “Tanya anak beasiswa yang ga kenal
Fuad?” Sambil tertawa.
Sempet shock juga melihat pergaulan mahasiswa
sekitarnya, akhirnya dia fokus ke SKI, bertemu Adit dan Rizky di BEM FE, dia
masuk ke departemen kerohanian. Lebih mengenal Kak Sylva dan kawan-kawan
melalui SKI, mulai merasakan pergaulan yang begitu beda, begitu cocok dan enak,
dimulai saat acara ITALI (Indahnya Tafakur Alam ala SKI). Sering cerita-cerita
sama Arifina, yang merupakan anggota SKI juga, sayangnya dia tidak hadir pada
acara hari ini, Sarah menceritakan bahawa dulu Arifin belum menggunakan jilbab,
hingga sekarang akhirnya dapat istiqomah menggunakan jilbab. Sarah berkata,
“Mulai istiqomah di SKI pas kita LDKI (Latihan Dasar Kepemimpinan Islam)”.
Terus ketemu teman-teman yang lain, yang menurut pemilik kepribadian sanguin
ini, di SKI orangnya kocak-kocak seperti misalnya Kak Sylva, Fuad, Adit yang
memang mereka semua adalah sanguin, si ceria.
Apa yang membuatnya betah di SKI? Tentu karena
orang-orangnya asik, kocak, baik!
Selanjutnya akhwat yang terakhir yang hadir di
acara ini, Khairunnisa Muthia, akrab disapa Icha.
Dia bilang, intinya sama seperti Sarah, awalnya
berawal dari Kak Hani, pernah ketika jajan di kantin, ditegur atau disapa Kak
Hani, awalnya Icha mengaku agak serem dan sempet takut (suudzon) karena
penampilannya dan pribadi kak Hani yang pendiam tapi SKSD, personal banget. Awalnya
memang sudah niat ingin masuk rohis, dia tidak ikut ITALI pertama, tapi ikut
ketika LDKI. Awal karirnya di SKI (asik karir bahasanya), dia ikut BBQ (Belajar
Baca Qur’an) sama Kak Hani, terus ke sekretariat yang menurutnya lumayan buat
nyimpen helm, buku, dan kawan-kawan. Kenal Fahmi karena dia komti (ketua kelas)
di kelasnya, ketika Fahmi minta nomor HP seluruh teman-teman sekelasnya, kenal
Sarah dari PPSPP karena satu kelompok.
Kenapa bertahan di SKI? Icha bilang, “Karena
kebutuhan, walaupun ga bener-bener banget, seru walaupun masih ga banyak
orangnya, seru lah!”
Selanjutnya,
yang terakhir dari pertunjukan hari ini, penulis amatir yang akan menceritakan
kisahnya.
Tentu mungkin
tidak sebesar perjuangan teman-teman yang lainnya, di balik tawa yang ada
terdapat begitu banyak cerita yang ingin diceritakan, dan pada saat itu tidak
dapat dijelaskan dengan mulut ini, aku adalah pena dari sebuah kisah, aku hanya
bisa bebas ketika menuliskannya.
Aku hanya
remaja labil yang bahkan tidak tahu kemana aku akan hidup, di awal mencari
tempat kuliah, aku berharap masuk ke jurusan seni. Akhirnya dengan alasan
kesempatan bekerja yang “katanya” lebih besar akhirnya aku memutuskan untuk
masuk jurusan yang ada hubungannya dengan akuntansi, sama halnya calon
mahasiswa lain kebanyakan memilih dan berharap masuk universitas negeri
walaupun sebagian lain tidak peduli dengan swasta atau negeri, dan saat itulah
aku masuk dalam kategori orang yang berharap dan orang yang digagalkan, yep
negeri ini bahkan tak menerimaku. Aku tidak bisa menunggu seperti beberapa
orang yang tetap ingin test di perguruan tinggi negeri, pilihannya hanya dua
swasta atau tidak kuliah sama sekali atau bisa dibilang kerja, dan saran yang
paling menguntungkan dan yang terbaik saat itu lanjut kuliah di swasta jurusan
D3 Akuntansi Perpajakan di Universitas Trisakti karena memang cara inilah yang
termurah dan kuharap yang terbaik, karena orang tua berperan dalam proses ini.
Awal masuk
kuliah, aku bisa dibilang makhluk asing di tempat asing, meskipun Jakarta dan
Tangerang tidak sejauh Padang, Sumatera, Aceh, Ambon, dan lain sebagainya.
Bertahan hidup di awal kuliah, sampai seorang dosen memanggil namaku untuk
dijadikan komti, komti seluruh mata kuliah di satu semester, benar-benar
pengalaman yang besar, aku tidak pernah memimpin sebelumya, tapi kenapa
sekarang aku harus memimpin satu kelas yang bahkan tidak ada satu pun yang
kukenal. PPSPP pun tiba, mimpi buruk bagi mahasiswa tingkat awal, tapi saat itu
aku menemukan seorang teman di kampus F, Akhir Fuadi, dia kocak, dan entah
kenapa berbicara dengannya sangat menyenangkan, dialah satu-satunya orang asing
yang kukenal selain dari kelasku sendiri. Allah berkehendak lain, semester
berikutnya aku bertahan, dan benar Allah Maha Penyayang, Mahakuasa atas segala
takdir hambanya, satu kelas itu adalah sahabatku, dan di semester dua aku pun
mendapat kepercayaan lagi untuk menjadi komti, begitu juga semester berikutnya,
semakin banyak kelas yang berbeda, semakin luas aku mengenal, semakin banyak
sahabatku di D3 Akuntansi Perpajakan, hingga saat itu aku mencoba menampar
diri, “Jika saja aku memaksakan diri untuk masuk jurusan seni, atau masuk
negeri, apakah aku bisa seperti ini?”
Selain
teman-teman di D3 Akuntansi Perpajakan yang baik-baik, aku juga menemukan
beberapa organisasi, salah satunya Sie Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah,
semenjak pelajaran agama Islam yang dosennya saat itu adalah Ustad Nurudin, aku
tiba-tiba berpikir ingin masuk organisasi Islam dan belajar lebih dalam
mengenai Islam, dua semester yang penuh kegalauan, Fuad berulang kali membuatku
ngiler dengan sebuah organisasi rohis yang terdengar begitu baik, yang senior
baik-baik, dan sering belajar bersama di masjid, saat itu aku berpikir
organisasi itu hanya di kampus F saja, aku tidak mendengar ada kehidupan rohis
di kampus A ini. Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan Rizky, dia yang
pertama menjelaskan apa itu SKI, dan dialah yang mengajakku untuk mendaftarkan
diri. Awalnya aku ragu untuk mendaftar, karena aku merasa bobrok dalam hal
amal, bacaan Al-Quran, dan aku tidak yakin apa iya seorang sepertiku bisa
berada dalam organisasi Islam?
Beberapa hari
setelah Rizky memberiku sebuah contact
person untuk dihubungi, dengan format mendaftar, Nama, NIM, Jurusan, Nomor
Handphone, aku memantapkan diri untuk mengirim SMS tersebut. Beberapa hari
kemudian, SMS masuk pun tiba, saat itu SMS dari Kak Syifa, yang menyuruhku
untuk datang screening, semacam wawancara untuk masuk ke suatu organisasi
kampus, saat itu screeningnya dilakukan di gedung S lantai 3, aku pun
menyanggupinya. Saat itu aku juga punya janji ingin masuk himpunan D3 Akuntansi
Perpajakan, tapi aku menunggu tidak kunjung ada kabar mengenai screeningnya.
Setelah selesai screening, yang saat itu juga aku langsung diberikan lembaran
berisikan peralatan yang harus dibawa saat LDKI, yang akan dilaksanakan dua
hari Sabtu ini. Setelah selesai, aku kembali ke kelas dengan berdebar-debar,
pasalnya ketika screening aku ditanya, “Sudah punya pacar? Kamu percaya kalau
jodoh di tangan Allah?” pertanyaan yang langsung menusuk, pada saat itu memang
punya, jadi yah mustahil juga untuk mengelak, dan pertanyaan itu membuatku
hampir saja membatalkan niat untuk masuk SKI, karena aku merasa semakin tidak
layak. Hari Jum’at, akhirnya aku memutuskan untuk tetap masuk ke SKI, langsung
bertemu Bang Septyan di radio MS3 untuk bayar LDKI, dan besoknya aku akan berangkat.
Menjelang
keberangkatan, munculah kabar bahwa hari Sabtu bertepatan dengan LDKI, akan
dilaksanakan screening himpunan, dan pada saat itulah cobaan yang cukup besar,
dan aku tetap memutuskan berangkat. Inilah event yang pertama kali aku ikuti di
SKI-IT, LDKI, dan aku bertemu dengan Fuad dan mengenal yang lainnya. Satu
kekhawatiranku di sini adalah aku takut senior membahas masalah “Kenapa aku
masih pacaran?” dan saat itu juga aku ditunjuk jadi ketua kelompok 1.
Alhamdulillah, tidak ada yang membahas hal itu, sekarang pertanyaan senior
justru, “Kenapa kalian memilih dia sebagai ketua kelompok?” pada saat di sebuah
pos senior menyuruhku memberi salam kepada pohon, dan aku pun melakukannya! Akhirnya
dihukumlah kami satu kelompok. Sebelum berjalan menuju pos, kelompok kami belum
punya yel-yel, dan saat itu baru bangun tidur, sekitar jam setengah 3 pagi, dan
senior menanyakan yel-yel masing-masing kelompok, dengan modal nekat akhirnya
spontan aku menunjukan yel-yel “darurat” yang hanya kuingat malam itu, besoknya
lupa.
Keesokan
harinya ketika di penghujung acara LDKI, diadakan PENSIL (Pentas Seni Islam),
kelompok kami membawakan musikalisasi puisi, saat itu aku tidak hafal lirik
nasyid yang dibawakan, Hijjaz yang berjudul Rasulullah, akhirnya aku hanya
bertindak sebagai backing vocal dengan suara “Uhuuu uhuuu!” diiringi tepuk
tangan dan aksi yang dianggap konyol. Tidak peduli seberapa malunya, yang
penting aku bisa melihat mereka tertawa terhibur, dari situ aku mengenal banyak
teman dan senior untuk pertama kalinya.
Tahun
pertama di SKI, aku benar-benar tidak terlihat aktif, di samping aku masuk BEM
di departemen yang bukan kerohanian, itu membuatku menerima double job.
Sehingga aku terlalu fokus ke acara departemen P3M, yang menyangkut pengabdian
masyarakat. Satu acara dimana aku menjadi ketuanya, acara itu sangat besar, dan
akhirnya acara itu gagal, membuatku terauma untuk menjadi pemimpin lagi. Namun
ketika periode berikutnya, Winarto yang menjadi ketua umum SKI, dengan
gamblangnya aku dipilih memimpin acara LDKI, aku sudah bilang, “Yakin ga nih?
Seriusan? Ane pernah gagal mimpin acara di BEM!” Narto hanya berkata, “Justru
karena ente pernah gagal, ente harus tunjukan kalau ente itu bisa!” Kata-kata
yang bahkan lebih indah dari puisi itu, membuatku menanggapi permintaannya.
Akhirnya,
di akhir periode acara itu berhasil dilaksanakan meskipun dengan beberapa
kekurangan. Aku belajar banyak di sini, mulai dari pentingnya menjaga amanah,
persahabatan dan persaudaraan yang begitu kental, anggota-anggota yang entah
kenapa setiap aku melihat mereka seberapa pun banyaknya beban, seberapa pun
buruknya mood saat itu, ketika bertemu mereka semua ketegangan menghilang
berubah menjadi kebahagiaan dan keceriaan, sehingga apapun kondisinya, sesulit
apapun acaranya, kami lakukan dengan ceria dan santai tapi tetap fokus. Selalu
saja ada cara, selalu saja ada moment yang patut diabadikan. Itulah mengapa aku
mampu bertahan hingga akhir periode ini.
“Be brave, be strong, keep our
da’wah together!” (SKI-IT FE USAKTI - LDKI 2014)
“Be happy, be friendly, keep our
da’wah together!” (UKM Islam Hudzaifah Periode 2014-2015)
Mungkin ini
terakhir tapi bukan yang terakhir, untuk penyambung tali silaturahmi kita,
semoga ke depannya kita bisa bersapa dan berjumpa kembali, bahkan mengadakan
SILANG kembali, tentu dengan cerita yang berbeda. Sebagai penutup, Rizky
Ramdhona sebagai ketua pelaksana SILANG kali ini mengatakan, “Walau jasad kit
berpisah, sejatinya ghiroh kita selalu bersama, walau kita bukan lagi berada dalam
wadah yang sama, sejatinya tak akan ada yang bisa memisahkan kita. Entah esaok
lusa atau akhir dunia ini, bisa kita lihat hari ini Allah selalu menyatukan
kita dalam ketaatan di jalan-Nya, sampai jumpa kembali dalam kebersamaan. Jadi
kalau di kampus kita sempat menyandang petinggi dakwah kampus, seharusnya kita
tidak berhenti sampai di sini. Ketika apapun kegiatan kita, kita dan dakwah tak
akan pernah berpisah.” Itulah surat cinta Rizky kepada SKI-IT. Diakhiri dengan
doa rabithah:
Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa
hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cinta-Mu, bersatu dalam
ketaatan, bertemu dalam perjuangan menegakkan syariat dalam kehidupan, maka
kuatkanlah ikatannya ya Allah, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya,
terangilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal pada-Mu,
hidupkan dalam ma’rifat-Mu, matikan dalam syahid di jalan-Mu, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pelindung dan pembela.