Selasa, 01 Oktober 2019

Tentang Kesehatan Mental

Tentang kesehatan mental.

Duduk dan bacalah dengan baik sembari menyeruput kopimu, Sayang. Aku ingin bicara kepada dunia dan juga para debu dan penghuninya.

Tidak, aku menulis ini bukan untuk meminta dikasihani. Aku hanya ingin memberi sedikit semangat untuk kalian yang masih ragu untuk berbicara, yang masih terkekang oleh stigma, yang masih menganggap bahwa penyakit mental itu aib, kelemahan, atau semacamnya.

Tidak, Sayang.
Aku ingin memberitahumu, bahwa itu adalah penyakit. Kalian tahu batuk, pilek, demam, keseleo, mata ikan, diare, tumor, kanker, dan lain sebagainya?
Yep, itu penyakit. Terlepas dari apa penyebabnya, viruskah, bakterikah, atau kecerobohan kita. Terserah, judulnya itu penyakit. Ada yang ringan, ada juga yang berat.

Itulah, Sayang.
Kepala kita, mental kita, juga bisa berpenyakit.
Sangat menyedihkan memang, ketika orang-orang menganggap kita kurang ibadah, kurang dekat kepada Tuhan, kurang liburan, dan lain sebagainya.

Pedihnya lagi, ketika ada yang bilang, penyakit kita itu cuma pikiran kita saja, penyakit kita itu dibuat-buat.

Rasanya?
Kalian kena demam, tapi kalian hanya disuruh dekatkan diri kepada Tuhan, atau main game untuk hiburan, tanpa diobatin. Bagaimana rasanya?

Berobat itu usaha, menjaga makanan atau nutrisi itu usaha, meminum vitamin, olahraga, dan lain-lain itu juga usaha. Iya kan?

Coba gimana rasanya kamu demam, atau mungkin sakit paru-paru atau asma mungkin, terus ada yang bilang, "Ah, itu mah kamu saja dibuat-buat. Dokternya saja itu yang mengada-ada biar dapat penghasilan." Sakit enggak digituin? Dokter juga, kalian tersinggung enggak mendengarnya?

Sama, kami juga. Kami sakit dan semakin sakit mendengar beberapa dari manusia menanggapi kami seperti demikian. Padahal apa, kami sakit, mulai dari yang ringan hingga berat, stres, depresi, anxiety, bipolar, skizofrenia, apapun itu. Ada yang cepat sembuh, butuh rawat inap, bahkan ada yang menyebabkan kematian. Dan psikolog juga psikiater adalah seorang ahli di bidangnya, dokter di bidang ini.

Bukankah Tuhan meminta kita untuk berusaha? Dan ini adalah usaha kami, pergi ke sana, konsultasi, berobat. Apa ada yang salah?

Mengapa kalian alergi dengan kata penyakit jiwa?
Sama, semuanya sama-sama penyakit. Dan ada obatnya.

Untuk kalian yang di sana, di ujung sana, di pojok sana, di kegelapan sana. Aku tahu dan aku pernah, bahkan masih berada di sana. Bersuaralah, carilah bantuan, kemarilah, tunjukkan. Kalian membutuhkannya, pendengar, dan beberapa membutuhkan pertolongan, membutuhkan dokter.

Jangan takut, kalian tidak sendiri.
Berjuanglah.
Meski aku tahu kata berjuang sudah terlalu basi untuk kalian yang berjuang setiap hari dengan kepala kalian, dengan suasana hati kalian, dengan hari-hari menyebalkan kalian.

Aku mencintai kalian.
Tetap hidup dan mari sembuh bersama.