Minggu, 12 November 2017

[PUISI] Kopi Tanpa Gula dan Pahitnya Hidup

[PUISI] Kopi Tanpa Gula dan Pahitnya Hidup


Klasik, sang pagi kembali menyapa
Cahaya mencium mesra kaca jendela
Kelopak mata pun tak ingin lepas, bersetubuh lebih lama
Badan rasanya tak ingin meninggalkan kenangan ranjang tercinta

Tentang bagaimana aku melamar pahitnya kopi
Dengan mahar seperangkat pedih sang mimpi
Aku tak bermaksud mengingkari nikmat atas siapa yang kunikahi
Tentang pahit tak selamanya buruk, itu pasti

Tentang obat, tapi aku lebih suka kopi
Mereka sama-sama pahit, yang baik hati
Dia yang tak membuatmu buncit berisi
Dia yang menemanimu menghadap pagi

Dia si kopi, yang mengajarkan pahitnya hidup ini
Tentang rasa syukur yang harus kucari tanpa henti
Memejamkan mata berkali-kali
Menahan pahit yang sungguh nikmat sekali

Dia tidak memberi penyakit gula apalagi hati
Justru manfaat, bermesraan tiga kali sehari
Aku tak peduli meski itu hanya sugesti
Akan para comblang yang mengenalkanku pada si kopi

Sudah cukup alasanku
Akan cinta yang manja selalu
Aku ingin tetap bersyukur menyeruput malu
Akan masih banyaknya insan yang terbelenggu dibanding aku
Akan pahitnya hidup, yang kurasa tak begitu perlu
Untuk terlalu dikhawatirkan apalagi membuatmu ragu

Tangerang, 14 September 2017