Jumat, 10 Juni 2016

Diary Air Mengalir - Men to Ring!

Mentoring - Men to Ring

Tulisan ini adalah lanjutan dari Diary Air Mengalir - Kebimbangan Langkah. Jadi, pada tulisan ini akan kembali mengenang saat pertama Allah mengenalkanku dengan mentoring.

Mentoring Islam yang dikutip dari wikipedia adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Tiap kelompok pengajian terdiri atas 3-10 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina.

Men to Ring, adalah tema yang kuangkat untuk menggambarkan sekelompok orang dengan beberapa masa lalu yang berbeda, yang memutuskan untuk bergabung dalam sebuah lingkaran kecil yang bernama mentoring. Mengapa lingkaran?

Dikutip dari salah seorang yang memberikan jawaban ringan tapi mengena, intinya kenapa mentoring itu melingkar atau membentuk lingkaran, terlepas dari sempurna atau tidaknya lingkaran yang dibuat, "karena persaudaraan ga pernah putus seperti lingkaran".

Terlepas dari opini orang yang tidak bertanggungjawab, yang menganggap rohis adalah organisasi pencetak teroris. Aku selalu berteriak dalam hati, "apaa?"

Oke sip, abaikan mereka, rohis bukanlah pencetak teroris, rohis adalah pencetak gol! Gol dalam cita-cita, gol dalam tujuannya untuk sukses dunia dan akhirat, gol untuk menjaga moral bangsa, gol dalam prestasi menjaga keseimbangan antara akal dan iman!


Ada pun isu yang menyayat hati, mungkin senior-senior kami berjuang keras untuk menetralisir isu-isu yang ada, agar para mahasiswa apalagi yang baru tidak lagi alergi dengan yang namanya Islam. Bagaimana mereka bisa maksimal dalam mengenal agamanya, sementara label-label mengerikan telah membuat mereka lari sebelum berkenalan?

Awal-awal masa bergabung dalam organisasi mahasiswa yang berwangikan Islam, bagi kebanyakan orang mungkin menjadi momok yang melelahkan, badai pertanyaan dan pernyataan bermunculan, seakan organisasi yang kuikuti adalah organisasi ekslusif beraliran keras yang hanya boleh dimasuki oleh oleh orang-orang suci.

"Wah, masuk rohis! Hati-hati Dit, jangan buat bom ya."
"Itu alirannya apa?! Sesat ga?"
"Lah, lu masih doyan maksiat aja, ngapain masuk rohis? Mau bikin ajaran baru, Dit?
"Hahaha, ada pak Ustad!"

Masih banyak lagi...


Mengenang dan mengenang, untungnya aku tidak terlalu peduli atas semuanya, biasanya hanya kubalas dengan tawa, "slow, slow, sejauh ini belum pernah diajarin bikin bom kok!" dan jawaban-jawaban lainnya.


Mentoring yang dilakukan setiap minggunya, seusai kuliah, kadang jika ada halangan di jadwal biasa maka akan diganti di hari Sabtu. Mentor pertama yang super baik dan hebat, Bang Yoga, senior angkatan 2008, yang saat itu masih kuliah, aktif berorganisasi, kudengar juga dia punya usaha, jadi mentor pula, benar-benar luar biasa. Tak jarang Bang Yoga izin telat, karena saking sibuknya.

Saat itu di Masjid As-Syuhada Universitas Trisakti, seusai mengikuti kelas di kampus tercinta, kami membentuk lingkaran, sekumpulan mahasiswa awam, pendaki kehidupan perkuliahan yang masih sangat pemula, junior-junior yang berusaha berlayar sekuat tenaga.

Mentoring yang menyenangkan. Diawali dengan lafadz bismillah, membaca Al-Qur'an, dilanjutkan dengan materi islami, lalu sharing, dan ditutup dengan doa dan salam.

Lihat dimana letak keganjalan yang ditakuti orang-orang atas organisasi-organisasi Islam apalagi yang khusus pelajar dan mahasiswa? Dimana letak keganjalannya?


Sharing adalah dimana setiap dari kami kebanyakan malu-malu kucing untuk bertanya, biasanya aku menunggu teman-teman yang lain bertanya lebih dahulu. Kemudian jika tidak ada, maka Bang Yoga membuka percakapan dengan menanyakan kabar masing-masing, bagaimana kuliahnya lancar atau tidak, apakah ibadah selama seminggu terakhir ini ada hambatan, bagaimana kondisi fisik bahkan hati. Remaja labil sepertiku dan mungkin teman-teman yang lainnya, membutuhkan seorang teladan sesama mahasiswa yang dapat membagi pengalamannya dalam mengarungi bahtera pendidikan di kampus ini.

Tak jarang dalam setiap pertemuan, Bang Yoga mengajak kami untuk makan bersama, gratis! Waktu itu kebetulan yang kuingat yang datang hanya aku dan Rizky, hari Sabtu, kami diajak makan di salah satu bagian kampus yang saat itu tidak pernah kukunjungi. Ayam goreng, ditemani sejuknya sore hari, selepas mentoring, mengobrol santai, suasana itulah yang tidak pernah ingin kulepaskan.

Beberapa bulan berlalu, sudah beberapa minggu ini tidak mentoring. Memang tidak ada air mata yang jatuh, tapi rasanya ada sesuatu yang hilang. Apakah mentoring ini sudah selesai sampai di sini?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bang Yusuf, ketua SKI Ibnu Taimiyyah BEM FE saat itu, menanyakan apakah aku masih mentoring? Kujawab dengan ragu, "sebenarnya masih, tapi sudah lebih dari beberapa bulan ini tidak ada mentoring, Bang,"

Peristiwa itulah yang kemudian mengantarkanku pada sosok mentor berikutnya, kali ini kami bergabung bersama Bang Yusuf, Bang Ryan, dan senior-senior angkatan 2009, meskipun jeda tiga angkatan, abang-abang 2009 ini seolah tidak menganggap kami sebagai junior mereka, melainkan sahabat. Kami saat itu di gedung S lantai 3, menunggu sang mentor. Kami dipertemukan, Bang Reza. Saat inilah, aku ditunjuk menjadi ketua kelompok mentoring. Saat bersama Bang Reza, kami dikenalkan dengan seorang junior yang amat bersemangat, bayangkan saat screening khusus angkatan 2012, junior hebat yang masih angkatan 2013 ini datang untuk mengikuti screening, kami tak dapat mewujudkan keinginannya, karena peraturan kampus mengatakan angkatan 2013 yang masih baru masuk, belum diperbolehkan untuk menjadi anggota organisasi mahasiswa terlebih dahulu. Akhirnya, kami mengobrol sambil menonton dia yang sedang makan siang dari bekal yang dibawanya. Dia adalah Muhammad Farhan, yang kini kami berada di kelompok mentoring yang sama.

Tidak sampai satu setahun, bang Reza menemani kami setiap minggunya, kadang-kadang rujak buah menemani setiap pertemuan mentoring kami. Bang Reza, sosok luar biasa yang namanya cukup terkenal di Fakultas Ekonomi. Kami diberikan materi tentang sejarah perjalanan Rasulullah, menekankan pada perjuangan agar kami tidak patah semangat dalam bertahan di samudera kehidupan kampus yang sedang kami arungi.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mengenang dan mengenang, saat ini kami ditakdirkan untuk mengenal mentor yang berikutnya. Aku sedikit gugup, ketika Bang Yusuf bilang bahwa mentor berikutnya lebih jauh angkatannya. Masih di gedung S lantai 3, sekretariat SKI-IT dahulu kala, kami berkenalan. Bang Yogi, angkatan 1994, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti. Aku masih mendapat amanah menjadi ketua kelompok dan Farhan menjadi bendahara, kini dan berikutnya perjalanan panjang akan dimulai kembali, kurasa lembaran baru akan kembali ditulis, ada banyak kisah yang menunggu di depan, insya Allah.

Masa inilah, tanpa sadar kami sudah tidak mengenakan kata mentoring lagi, istilah baru bagiku, muncul di kala itu, Liqo. Namun, tenang saja, tidak ada yang berubah, susunannya tetap sama seperti mentoring, menyenangkannya pun sama bahkan mungkin lebih menyenangkan.

Diary Air Mengalir - Depresi Tak Beralasan

Dear Diary,
Tulis mereka di setiap buku catatan yang mereka miliki. Sarana melemparkan setiap perasaan yang dialami di setiap harinya. Berapa kali buku harian itu mampir, si biru, si merah muda, kutulis setiap yang kurasakan di sana. Beberapa hari tak sampai seminggu, aku berhenti. Selalu begitu.

Beberapa lama kemudian, entah beberapa minggu atau bulan kemudian, kutemukan buka harianku terhimpit bersama buku-buku raksasa lain. Kuberpikir untuk menyelamatkan buku harian kecil yang mungil itu. Kubuka lembaran demi lembaran, tak sampai habis, aku pun berbicara pada diriku sendiri, "Mengapa aku menulis semua ini?"

Kuberikan nama pada buku harian tersebut, berharap aku dapat berbicara padanya, berbicara padanya, ya berbicara padanya.

Oh, separah itukah sepi yang ada? Sampai-sampai harus berbicara pada buku harian kecil yang dalam khayalku buku itu berdiri, terbang ke arah wajahku, mengelus pipi ini dengan lembaran-lembaran layaknya tangan.

Sampai detik meraih detik lainnya, cerita cinta yang ada tak kunjung berjalan. Seperti drama file dengan internet, kisah tragis file yang mati di tengah jalan bersama matinya jaringan internet. Itulah kisah yang kebanyakan kutulis di sana.

Lembaran-lembaran putih bergaris hitam layaknya baju tahanan di beberapa film. Ya, lembaran-lembaran itu telah memenjarakan semuanya, kisah-kisah menyedihkan, kasih yang tak pernah sampai karena anggapan bahwa kemungkinan yang ada bagaikan langit dan bumi.

Tentu saja tidak akan pernah sampai jika kita berpikir demikian. Untuk itu belajarlah, buat pesawat dan jemput dia yang berada di langit. Jangan diam saja, meringkuk di kamar, mendengar lagu sampai depresi. Ya tentu sekali pun kisah cintamu berada di depan matamu, tak akan pernah tergapai.

Diary, aku mungkin sedikit merindukanmu, mengelitik lembaran-lembaran halus dengan pena, sambil tersenyum sendiri di heningnya malam. Menjelang tidur, untuk merayakan setidaknya 1% keberhasilan yang kubuat hari ini.

Diary, menulis di tubuhmu laksana setiap perasaan menyaksikan apa yang kutulis. Mereka menyuruhku menulis sebebas-bebasnya. Jika aku malu untuk membacanya, aku tinggal menutup atau melipat lembaran tersebut, dan menulis di lembaran lainnya. Jika aku benci akan kenangan yang kubuat sendiri, kutinggal merobeknya.

Diary, aku bukan teman yang baik untukmu.

Rabu, 08 Juni 2016

Diary Air Mengalir - Kebimbangan Langkah

Dahulu kala, aku tak pernah paham apa yang membuatku berada di tempat ini. Tempat yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan setiap masa lalu yang pernah dilewati.

Rohis, atau apa pun itu namanya. Tidak pernah terlintas sedikit pun di awal kuliah, bahwa diri ini akan menjadi bagian di dalamnya.

Mulai mengenang, semester 3, ketika setiap mahasiswa baru mulai diberikan kebebasan untuk ikut serta dalam organisasi mahasiswa, sesuai dengan apa yang diinginkannya. Namun, sampai detik ini pun aku tidak punya pendirian yang kuat akan ikut apa. Jangankan itu, untuk ikut organisasi saja rasanya masih terbayang-bayang, biar pun sewaktu latihan kepemimpinan, saat ditanya senior mau ikut organisasi atau tidak, jawabku dengan polosnya, "Iya". Aku tidak tahu apa yang terjadi berikutnya, mungkin saja itu bagian dari doa.

Ditambah selama di SMA, tidak ada organisasi formal yang kuikuti, buta akan pengalaman. Seakan seperti tanaman kecil yang terlantar di pinggir jalan, beruntung tak jauh dari sana terdapat rumah dari seseorang yang rela menyirami dan memberikan pupuk terbaik, hingga pada akhirnya aku dapat tumbuh dengan baik.

Kembali pada semester 3, semester bersejarah dalam kehidupanku, kehidupan dari seorang yang biasa dan sederhana, tapi kucoba tetap menganggap berharga setiap peristiwa yang terjadi, keluarga, serta sahabat. Mereka tidak akan bisa dibayarkan meski pun dengan planet yang penuh berisikan ruby, diamond, sapphire, atau apa pun itu.

Singkat cerita, saat itu ditemukanlah seseorang yang membawa sebuah berita, berita tentang adanya open recruitment dari organisasi mahasiswa yang bernama Sie Kerohanian Islam Ibnu Taimiyyah (SKI-IT) aku lupa berapa lama menghafal nama organisasi tersebut, seringkali di awal lidah ini terpeleset ketika mengatakannya. Dia, orang yang membawakan berita, sebut saja Rizky, memberikan format pendaftaran yang harus kukirim melalui SMS ke nomor yang sudah ditentukan. Saat itulah keraguan dipenuhi rasa takut, atau lebih tepatnya perasaan tidak layak akan diri ini untuk mengikuti organisasi tersebut.

Kuucapkan lafadz bismillah, kukirim SMS itu dan kujauhkan handphone beberapa menit untuk menenangkan diri, kuberdoa, semoga ini adalah pilihan yang tepat. Tujuanku hanyalah untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Hingga beberapa hari kemudian, seseorang mengundangku untuk mengikuti screening. Apa aku akan dimasukkan ke dalam alat semacam scanner seperti yang ada di rumah sakit? Pikirku waktu itu dengan polosnya.

Akhirnya dengan jantung berdegup amat cepat, aku pun datang ke sebuah ruangan di gedung S, lantai 3. Aku menunggu di luar dengan bingung, hingga seseorang senior menyuruhku masuk dengan ramahnya. Ah, aku tidak menyangka, mereka menyuruhku untuk tenang. Tidak seperti yang kubayangkan di setiap mimpi malam hariku. Memang beberapa pertanyaan ada yang menusuk tajam, tapi keramahan mereka membuatku tidak memperdulikan pertanyaan-pertanyaan yang ada. Kesan pertama yang luar biasa, luar biasa gerogi, sampai beberapa senior di dalam ruangan itu membujukku untuk tenang dan santai. Aku mencobanya, ya sungguh aku mencobanya, meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, tapi sampai akhir proses screening, kakiku tidak berhenti bergetar.

Berikutnya, selepas screening, aku masih terus memperhatikan secarik kertas bertuliskan barang-barang apa saja yang perlu dibawa untuk acara LDKI (Latihan Dasar Kepemimpinan Islam), semacam proses berikutnya setelah screening. Rasanya seperti, "Woi, baru kenalan, sudah ospek aja?"

Kembali kepala ini dipenuhi pertanyaan, apa benar diri ini layak? Maksiat pun masih sering kulakukan. Namun kepala batu ini tetap memutuskan hadir dalam acara tersebut. Sampailah pada sebuah acara yang tidak terbayangkan, sebuah pemandangan indah, hijau, dan dihiasi ketegangan. Abang senior memberi nasihat sambil menunggu hujan reda di sebuah mushola nan sederhana, "Jangan bertindak konyol. Ini bukan tempat kita, banyaklah berdoa."

Tibalah malam, kami ditempatkan di sebuah rumah kecil, bentuknya mungkin seperti rumah kurcaci atau peri yang ada di film-film fiksi, rumah kecil tersebut masing-masing memiliki dua lantai, satu lantai dihuni oleh satu kelompok yang terdiri sekitar lima orang. Aku ditunjuk menjadi ketua kelompok 1, aku tidak paham pertimbangan mereka.


Inilah kelompok pertama, yang berisi rekan-rekan penerus bangsa. Oh ya, mengapa di gambar ada 6 orang, karena yang satu lagi adalah mentor sementara, ketua SKI-IT kala itu, Bang Randika.

Sebelum pagi cerah seperti yang digambar tersebut muncul, peristiwa malam harinya sebenarnya lebih seru dan mengena di hati. Mari mengenang kembali, materi malam hari yang berakhir pada jam 11, jika tidak salah. Saat itu kami benar-benar dalam keadaan melayang-layang alias mengantuk, mata kami layu seperti tanaman putri malu yang disentuh dengan lembutnya.

Dilanjutkan dengan tidur yang cukup, cukup sebentar. Sekitar jam 2 pagi kami dibangunkan, agenda menegangkan lainnya, memang tak luput untuk acara latihan kepemimpinan seperti ini, ya benar, Jurit Malam!

Teriakan abang-abang senior mengacaukan mimpi kami, kami bangun, berjalan dari rumah kurcaci menuju lapangan, seperti zombie yang baru saja bangkit. Belum saja sempat menyegarkan mata, kami disuruh baris, dan memberikan yel-yel yang seharusnya telah dibuat.

Lalu, apa yang paling membuatku tersentak adalah ketika ketua kelompok disuruh memimpin anggotanya menyiarkan yel-yel kelompok. Sungguh luar biasa, tidak ada secercah konsep untuk yel-yel kelompok ini, kami pernah membahasnya, tapi belum sampai konsep kita melupakannya.

Akhirnya, bak pendekar mabok di malam hari, dengan penuh percaya diri, aku maju ke depan dan berkata pada kelompokku, "Yuk, ikutin gue yak!"

Mereka terlihat bingung, beberapa ada yang ketawa kecil, seakan menantikan hiburan malam yang akan terjadi.

Entah apa yang membuatku joget tidak jelas di depan mereka, urat malu seakan telah lari menggigil, bukan karena dingin tapi karena apa yang kulakukan. Kelompokku tertawa, tak sempat membesar tawanya, senior pun menyuruh kami diam, aku pun dengan setengah sadar masih melihat beberapa anggota tetap nyengir.

Sampailah pada ujian mental, bumbu penyedap yang indah, bagian mengharukan adalah ketika para anggota kelompokku ditanya, "Mengapa mereka memilihku untuk menjadi ketua?" Pertanyaan sebaliknya pun dilontarkan padaku, "Kenapa aku yang menjadi ketua?"

Bumbu hanyalah bumbu, kita nikmati rasanya, lezat dan menyehatkan. Ya pasti ada pelajaran yang diambil dari setiap yang dilakukan senior saat itu. Cuma aku terlalu ngantuk untuk belajar.

Kembalilah kita pada pagi yang cerah, seperti yang ada pada foto di sebelumnya, kami dikenalkan dengan apa yang disebut mentoring, meskipun saat itu kurasa aku belum sadar bahwa saat itu sedang mentoring. Kita hanya diberikan materi ringan, diajak bertafakur alam, mengamati alam sekitar dalam sebuah lingkaran, membaca Al-Qur'an bergantian, sharing, yang kadang diselingi dengan canda, entah mengapa saat-saat ini begitu menyenangkan.

Acara dilanjutkan dengan tracking, mendaki gunung melewati lembah. Eh itu lirik lagu ninja Hatori. Tracking kali ini begitu spesial dengan rompi karet, karena selain kita akan melewati hutan, lumpur, dan segala medan menantang lainnya, kita pun akan melompat ke dalam air dengan ketinggian serta kedalalaman yang beragam.

Aku tidak mengerti, mengapa setiap orang di sini, bukan hanya kelompokku, semua membicarakan tentang, "Apa yang sebenarnya kulakukan semalam? Kerasukan apa ketika membawakan yel-yel sambil bergoyang dengan anehnya!" Hal yang lebih aneh adalah ketika pagi aku benar-benar lupa akan apa yang aku katakan ketika membawakan yel-yel tersebut. Beberapa tertawa bercampur bingung ketika itu.

Berakhirlah tracking yang cukup mendebarkan, diakhiri dengan foto bersama di depan air terjun.


Penutupan acara, diakhiri dengan pensil (pentas seni islam), di bagian ini juga aku kembali mengalami stres berat ketika kelompok kami bahkan belum menentukan akan menampilkan apa selain menampilkan sebuah nasyid dari Hijjaz yang berjudul Rasulullah yang diwajibkan panitia, itu pun dengan jujur aku katakan, sama sekali belum hafal liriknya.

Si kreatif Rizky Ramdhona, akhirnya memutuskan untuk menampilkan musikalisasi puisi, dengan membawakan puisi di pertengahan nasyid tersebut, untuk mengakali keculunanku yang tak hafal liriknya, sebuah nada "Huu hu huu hu" kulantunkan. Tidak ada yang paham kurasa, jika hanya membacanya. Penampilan yang tak kalah kacau dan berantakan dari yel-yel semalam, meledakan tawa di setiap penjuru lapangan. "Agnes Monika! Mirip Agnes Monika nih anak, cuma versi kesurupannya." Puisi yang dibawakan Rizky pun tenggelam karena latar belakang suaranya mencuri tawa dari setiap penonton.

Kurasa sampai inilah yang bisa kukenang dari peristiwa ini, LDKI pun selesai, pertemanan mulai terjalin sejak itu, sampai akhirnya aku pun resmi menjadi anggota SKI-IT, lalu dikenalkanlah dengan mentor pertama bang Yoga. Formasi kelompok lingkaran yang sedikit berbeda dari kelompok di LDKI.

Sekian untuk saat ini, terima kasih.



Selasa, 07 Juni 2016

Ukhuwah

Ukhuwah

Aku berhenti sejenak,
meratapi bunga-bunga yang tergeletak,
bunga matahari yang retak,
tangisan sang mawar layaknya air yang bergejolak.

Sungai di malam itu begitu indah,
barisan pohon di gunung saat itu begitu megah,
berlari di atas lumpur membuatmu lelah,
kemenangan bahagia ketika menginjak tanah yang memerah

Terlelap dalam lelah,
hati pun menggenggam amanah,
detik malam berdetak lambat,
pintu mimpi tak kunjung tiba.

Engkau yang sedang berjuang di sana,
terjebak kesibukan untuk cita-cita,
bersandarlah, tenanglah,
kita masih di langit yang sama.

Dakwah bukanlah tugasku, kamu, atau dia,
dakwah adalah tugas bersama,
engkau lelah, katakanlah,
tidakkah kita adalah satu tubuh dalam sebuah kata terindah.

Kata yang bermakna,
sewangi taman bunga,
seindah matahari senja,
ukhuwah namanya.

-Dityavery-

Prolog - #Mari Menulis!

Kopi dan susu pernah bersanding begitu mesra, menguasai hati kecil ini. Filosofi dari hitamnya si kopi dan putihnya susu, mereka berkolaborasi menciptakan sebuah rasa yang begitu luar biasa. Jatuh cinta, perasaan itulah yang membuat pria dan wanita kehilangan akal sehatnya, mereka bahkan berucap mampu menyebrangi lautan, bahkan rela menyelami lava hanya untuk yang dicintainya, ya sejauh yang kuketahui drama itu hanya berakhir di lidah saja. Akhirnya, aku belum pernah menemukan seorang pasangan muda yang bahkan belum diridhoi Allah dalam sebuah pernikahan, yang rela menyelami panasnya lava hanya untuk pasangannya yang belum sah.

Aku tidak mengatakan masa lalu itu adalah sebuah kesalahan, sebagaimana aku berpikir dahulu aku begitu giat untuk mengejarnya, menebarkan kalimat cinta yang bahkan aku sendiri tidak paham artinya, mendengarkan lagu-lagu melow lalu membiarkan diri ini tenggelam dalam lautan yang di sana terdapat banyak sekali perasaan yang berenang-renang mengelilingi pikiran. Perasaan yang seringkali mencuri jam tidur, jam belajar, bahkan jam bermain.

Jatuh cinta adalah hal yang wajar, mungkin saja ada ribuan hati yang sebenarnya ingin sekali mengungkapkan perasaan kepada orang yang dicintainya.

Hanya saja...
Beberapa hati ada yang lebih memilih diam, menahan gejolak tersebut, berharap degupan kencang itu mereda, sehingga ia bisa hidup kembali dengan tenang. Beberapa orang ada yang dengan bangganya mengungkapkan semua yang dirasakannya. Kita semua memiliki pribadi yang berbeda tentunya.

Saat hal indah yang dinamakan cinta itu mengetukmu, mengetuk kita. Hidup kita bisa saja ditawan oleh perasaan itu, atau bahkan kehidupan kita akan berkembang, merangkak maju, termotivasi. Kebetulan-kebetulan yang ada mengantarkan kita kepada asumsi seperti 'takdir telah mengantarkan aku padanya atau mungkin takdir telah merestui hubunganku dengannya', jika kamu pernah berpikir demikian berarti "kebetulan" yang sama baru saja terjadi, aku pun pernah merasa demikian, itu berarti kita jodoh, bukankah demikian?

Ada seseorang yang dikirimkan untuk mengenalkan cinta pertama, lalu hilang begitu saja ketika aku memutuskan untuk mengungkapkannya. Bagaimana tidak? Orang awam yang buta akan perasaan itu, tentu dihantui dengan berbagai rasa penasaran yang bergejolak. Namun, kurasa Allah telah menyelamatkanku dari keliaran perasaan yang mungkin saja bukan hanya akan menodai masa mudaku melainkan juga masa depannya.

Senin, 06 Juni 2016

Selamat Datang Kembali!

Assalamu'alaikum~
Hei, apa kabar?

Ini postingan pertama saat blog ini mulai diganti bajunya, kenapa sih harus ganti baju?
Apa karena memasuki bulan Ramadhan jadi mendadak mau membuat suasana islami?

Secara tidak langsung, iya.
Memasuki bulan Ramadhan, sudah semestinya kita membutuhkan persiapan dari A sampai Z. Persiapannya apa aja sih?

Nah, pertama adalah niat tentunya, karena setiap amal selalu diawali dengan niat, dan pada akhirnya akan dinilai dari niatnya. Niat dari awal jika kita ingin memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan, bukan berarti jika di bulan-bulan lain kita tidak boleh maksimal ya. Namun di Ramadhan ini kita harus lebih maksimal, karena Ramadhan hanya datang sekali setahunnya, karena di dalam bulan Ramadhan terdapat banyaaak sekali ibadah-ibadah yang dapat kita maksimalkan.

Persiapan lainnya yang tidak kalah penting adalah fisik kita, tentu untuk tampil maksimal setiap harinya selama bulan Ramadhan, kita membutuhkan nutrisi dan pola hidup yang baik untuk menunjang aktivitas kita selama berpuasa, untuk itulah Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk sahur. Kegiatan ini kadang kala dianggap remeh, membuang waktu tidur (tapi giliran nonton bola kuat banget). Nah, sahur adalah sarana kita untuk menyiapkan bekal nutrisi dalam tubuh untuk beraktivitas dari Subuh hingga Maghrib dalam kondisi berpuasa.

Bagaimana jika lagi tidak ada makanan atau makanannya kurang banyak atau mungkin kita menganggap kurang nutrisinya?

Tetap saja, rezeki kita berbeda-beda, ada halnya masa-masa sulit sedang menimpa, maka apa pun yang tersedia dan halal tentunya, maka sebaiknya tetap kita makan. Ada pun ketika kita sedang lapang, bolehlah kita membagi sebagian rezeki kita kepada teman atau tetangga kita yang sekiranya kurang dalam hal tersebut.

Persiapan berikutnya adalah semaksimal mungkin menutup akses terhadap pintu-pintu maksiat, tutup hal-hal yang dapat membuat kita melakukan maksiat, hal ini memang sudah seharusnya dilakukan bukan hanya di bulan Ramadhan saja, tapi tentu untuk beberapa orang termasuk diri sendiri ini pun masih belum maksimal dalam menutup semuanya.

Salah satu hal yang memiliki peluang besar membuka pintu kemaksiatan tersebut adalah internet. Tenang saja, bukan berarti harus boikot internet juga kan?

Perkembangan teknologi informasi menuntut kita untuk mengikuti setiap perkembangan yang ada termasuk internet. Internet sangat berguna, kita semua tahu itu, kita dapat mengakses informasi penting dengan cepat, kita dapat bertemu teman-teman lama dengan mudah, mengatur jadwal acara, menyebarkan undangan reunian atau pesta dengan biaya yang minim, mengirim email, termasuk aktivitas menulis di blog ini, berbagi informasi yang bermanfaat yang insya Allah akan memberikan kebaikan bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Namun, tentu saja di balik memudahkan kita untuk hal-hal yang positif, hal-hal negatif pun semakin mudah juga untuk dilakukan, menipu kini jauh lebih mudah dan efektif, pornografi pun sangat mudah diakses tanpa kita berniat untuk mengakses, kadang iklan-iklan berbau porno, judi, kekerasan bisa kita temukan di situs yang bahkan tidak ada kaitannya dengan hal tersebut, serta kejahatan-kejahatan lain yang kini menjadi lebih dinamis, canggih, dan modern.

Apa saja memangnya yang harus disiapkan?
Apa hubungannya dengan persiapan Ramadhan?

Tentu kebanyakan dari kita termasuk aku sendiri, setiap harinya sangat sering berhubungan dengan gadget, internet, media sosial, itulah dimana persiapan perlu dilakukan setidaknya agar tidak "terlalu" menggoda kita saat sedang khusyuk melatih diri di bulan Ramadhan.

Kita bisa memulai dari media sosial kita yang biasanya terhubung dengan media sosial yang lain, mulailah membersihkan beranda dari postingan yang sekiranya dapat menggoyangkan keimanan kita, selanjutnya kita pun tak ingin orang lain terganggu dengan postingan kita, kita pun harus menghapus postingan-postingan yang sekiranya mengganggu tersebut, serta berusaha semaksimal mungkin ke depannya untuk memposting hal-hal yang baik.

Hal inilah yang menjadi latar belakang kenapa blog ini bisa "ganti baju", di samping itu entah apa yang membuatku berpikir tentang kematian, hari dimana tidak ada lagi yang bisa diandalkan kecuali amal, saat itulah seorang "yang menulis" tidak harus menjadi penulis pun punya tanggung jawab atas apa yang ditulisnya. Sadar atau tidak, di balik semua itu, hidayah Allah mungkin telah mengetuk hati, dan harapan ke depannya hidayah itu akan menetap bahkan sampai ajal tiba.

Sekian tulisan hari ini, semoga bermanfaat. Jika ada yang perlu diperbaiki, silahkan dengan senang hati ditunggu kritik dan sarannya.

Wassalamu'alaikum~

-Dityavery-