Jumat, 10 Juni 2016

Diary Air Mengalir - Men to Ring!

Mentoring - Men to Ring

Tulisan ini adalah lanjutan dari Diary Air Mengalir - Kebimbangan Langkah. Jadi, pada tulisan ini akan kembali mengenang saat pertama Allah mengenalkanku dengan mentoring.

Mentoring Islam yang dikutip dari wikipedia adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Tiap kelompok pengajian terdiri atas 3-10 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina.

Men to Ring, adalah tema yang kuangkat untuk menggambarkan sekelompok orang dengan beberapa masa lalu yang berbeda, yang memutuskan untuk bergabung dalam sebuah lingkaran kecil yang bernama mentoring. Mengapa lingkaran?

Dikutip dari salah seorang yang memberikan jawaban ringan tapi mengena, intinya kenapa mentoring itu melingkar atau membentuk lingkaran, terlepas dari sempurna atau tidaknya lingkaran yang dibuat, "karena persaudaraan ga pernah putus seperti lingkaran".

Terlepas dari opini orang yang tidak bertanggungjawab, yang menganggap rohis adalah organisasi pencetak teroris. Aku selalu berteriak dalam hati, "apaa?"

Oke sip, abaikan mereka, rohis bukanlah pencetak teroris, rohis adalah pencetak gol! Gol dalam cita-cita, gol dalam tujuannya untuk sukses dunia dan akhirat, gol untuk menjaga moral bangsa, gol dalam prestasi menjaga keseimbangan antara akal dan iman!


Ada pun isu yang menyayat hati, mungkin senior-senior kami berjuang keras untuk menetralisir isu-isu yang ada, agar para mahasiswa apalagi yang baru tidak lagi alergi dengan yang namanya Islam. Bagaimana mereka bisa maksimal dalam mengenal agamanya, sementara label-label mengerikan telah membuat mereka lari sebelum berkenalan?

Awal-awal masa bergabung dalam organisasi mahasiswa yang berwangikan Islam, bagi kebanyakan orang mungkin menjadi momok yang melelahkan, badai pertanyaan dan pernyataan bermunculan, seakan organisasi yang kuikuti adalah organisasi ekslusif beraliran keras yang hanya boleh dimasuki oleh oleh orang-orang suci.

"Wah, masuk rohis! Hati-hati Dit, jangan buat bom ya."
"Itu alirannya apa?! Sesat ga?"
"Lah, lu masih doyan maksiat aja, ngapain masuk rohis? Mau bikin ajaran baru, Dit?
"Hahaha, ada pak Ustad!"

Masih banyak lagi...


Mengenang dan mengenang, untungnya aku tidak terlalu peduli atas semuanya, biasanya hanya kubalas dengan tawa, "slow, slow, sejauh ini belum pernah diajarin bikin bom kok!" dan jawaban-jawaban lainnya.


Mentoring yang dilakukan setiap minggunya, seusai kuliah, kadang jika ada halangan di jadwal biasa maka akan diganti di hari Sabtu. Mentor pertama yang super baik dan hebat, Bang Yoga, senior angkatan 2008, yang saat itu masih kuliah, aktif berorganisasi, kudengar juga dia punya usaha, jadi mentor pula, benar-benar luar biasa. Tak jarang Bang Yoga izin telat, karena saking sibuknya.

Saat itu di Masjid As-Syuhada Universitas Trisakti, seusai mengikuti kelas di kampus tercinta, kami membentuk lingkaran, sekumpulan mahasiswa awam, pendaki kehidupan perkuliahan yang masih sangat pemula, junior-junior yang berusaha berlayar sekuat tenaga.

Mentoring yang menyenangkan. Diawali dengan lafadz bismillah, membaca Al-Qur'an, dilanjutkan dengan materi islami, lalu sharing, dan ditutup dengan doa dan salam.

Lihat dimana letak keganjalan yang ditakuti orang-orang atas organisasi-organisasi Islam apalagi yang khusus pelajar dan mahasiswa? Dimana letak keganjalannya?


Sharing adalah dimana setiap dari kami kebanyakan malu-malu kucing untuk bertanya, biasanya aku menunggu teman-teman yang lain bertanya lebih dahulu. Kemudian jika tidak ada, maka Bang Yoga membuka percakapan dengan menanyakan kabar masing-masing, bagaimana kuliahnya lancar atau tidak, apakah ibadah selama seminggu terakhir ini ada hambatan, bagaimana kondisi fisik bahkan hati. Remaja labil sepertiku dan mungkin teman-teman yang lainnya, membutuhkan seorang teladan sesama mahasiswa yang dapat membagi pengalamannya dalam mengarungi bahtera pendidikan di kampus ini.

Tak jarang dalam setiap pertemuan, Bang Yoga mengajak kami untuk makan bersama, gratis! Waktu itu kebetulan yang kuingat yang datang hanya aku dan Rizky, hari Sabtu, kami diajak makan di salah satu bagian kampus yang saat itu tidak pernah kukunjungi. Ayam goreng, ditemani sejuknya sore hari, selepas mentoring, mengobrol santai, suasana itulah yang tidak pernah ingin kulepaskan.

Beberapa bulan berlalu, sudah beberapa minggu ini tidak mentoring. Memang tidak ada air mata yang jatuh, tapi rasanya ada sesuatu yang hilang. Apakah mentoring ini sudah selesai sampai di sini?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bang Yusuf, ketua SKI Ibnu Taimiyyah BEM FE saat itu, menanyakan apakah aku masih mentoring? Kujawab dengan ragu, "sebenarnya masih, tapi sudah lebih dari beberapa bulan ini tidak ada mentoring, Bang,"

Peristiwa itulah yang kemudian mengantarkanku pada sosok mentor berikutnya, kali ini kami bergabung bersama Bang Yusuf, Bang Ryan, dan senior-senior angkatan 2009, meskipun jeda tiga angkatan, abang-abang 2009 ini seolah tidak menganggap kami sebagai junior mereka, melainkan sahabat. Kami saat itu di gedung S lantai 3, menunggu sang mentor. Kami dipertemukan, Bang Reza. Saat inilah, aku ditunjuk menjadi ketua kelompok mentoring. Saat bersama Bang Reza, kami dikenalkan dengan seorang junior yang amat bersemangat, bayangkan saat screening khusus angkatan 2012, junior hebat yang masih angkatan 2013 ini datang untuk mengikuti screening, kami tak dapat mewujudkan keinginannya, karena peraturan kampus mengatakan angkatan 2013 yang masih baru masuk, belum diperbolehkan untuk menjadi anggota organisasi mahasiswa terlebih dahulu. Akhirnya, kami mengobrol sambil menonton dia yang sedang makan siang dari bekal yang dibawanya. Dia adalah Muhammad Farhan, yang kini kami berada di kelompok mentoring yang sama.

Tidak sampai satu setahun, bang Reza menemani kami setiap minggunya, kadang-kadang rujak buah menemani setiap pertemuan mentoring kami. Bang Reza, sosok luar biasa yang namanya cukup terkenal di Fakultas Ekonomi. Kami diberikan materi tentang sejarah perjalanan Rasulullah, menekankan pada perjuangan agar kami tidak patah semangat dalam bertahan di samudera kehidupan kampus yang sedang kami arungi.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mengenang dan mengenang, saat ini kami ditakdirkan untuk mengenal mentor yang berikutnya. Aku sedikit gugup, ketika Bang Yusuf bilang bahwa mentor berikutnya lebih jauh angkatannya. Masih di gedung S lantai 3, sekretariat SKI-IT dahulu kala, kami berkenalan. Bang Yogi, angkatan 1994, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti. Aku masih mendapat amanah menjadi ketua kelompok dan Farhan menjadi bendahara, kini dan berikutnya perjalanan panjang akan dimulai kembali, kurasa lembaran baru akan kembali ditulis, ada banyak kisah yang menunggu di depan, insya Allah.

Masa inilah, tanpa sadar kami sudah tidak mengenakan kata mentoring lagi, istilah baru bagiku, muncul di kala itu, Liqo. Namun, tenang saja, tidak ada yang berubah, susunannya tetap sama seperti mentoring, menyenangkannya pun sama bahkan mungkin lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar