Minggu, 10 Juli 2016

Kematian

Kematian, susah sekali ya untuk sekadar membayangkannya.
Mengambil pelajaran berharga darinya.
Saat-saat kita memasuki liang lahat.
Saat-saat napas kita mulai sesak, tidak terbayangkan?
Aku pun belum merasakannya, tapi pasti kita merasakannya kelak.

Bukti apa lagi yang dapat menyadarkan kita?
Orang-orang terdekat kita, orang tua kita, saudara-saudara kita, sahabat kita, belum pernahkah kita melihat beberapa dari mereka meninggalkan kita?

Baiklah, mungkin membayangkannya sulit bagi yang masih dikelilingi oleh orang tercinta, tidak akan pernah kita melihat atau mendengar langsung testimoni dari orang-orang yang telah lebih dahulu menghadap penciptanya. Mereka tidak sempat bercerita.

Kematian itu mengerikan, ya mungkin kita berpikiran sama.
Kadang berpikir sampai kapan aku bisa bernapas seperti ini?
Saat semua organ tubuh masih sehat.

Pernahkah kita melihat?
Guru-guru, sahabat-sahabat yang baru saja memperbarui statusnya sekian menit yang lalu, setelah kita lihat kembali, dikabarkan mereka telah tiada.
Tidak ada dari jari-jari mereka yang dapat mengetik status ketika sudah terbungkus kaku dengan kain kafan.
Bagaimana jika itu terjadi pada kita?

Teman-temannya berbondong-bondong berkomentar menunjukkan rasa simpatinya.
Tidak ada yang dibalas oleh sang pemilik akun, kecuali keterangan dari keluarganya, untuk berhenti mengirimkan sesuatu ke akun tersebut karena orangnya sudah tiada.

Apa kabar kita ketika tidur di kamar yang baru kelak, di dalam tanah?
Bisakah kita membayangkan?
Tak perlu jauh-jauh berpikir, bagaimana rasanya jika kita yang masih hidup, cukup tidur saja di atas tanah di kuburan, sehari semalam tanpa selimut, tanpa AC, tanpa ponsel, tanpa TV, hanya kamu dan tanah?
Bisa membayangkannya?
Bagaimana semut-semut atau cacing mulai memanjat di tubuhmu?
Sudah terbayang?

Terdengar menyeramkan, tapi itulah yang akan terjadi pada kita, entah kapan, besok atau mungkin hari ini.
Siapa yang tahu, ini adalah tulisanku yang terakhir.
Tidak ada yang tahu.

Untuk itulah, saat ini juga, berubahlah.
Mengingat kematian merupakan pendidikan yang luar biasa, pendidikan yang tidak memengaruhi IPK, tidak pula muncul di ijazah, bahkan lowongan pekerjaan pun tak mensyaratkan.

Para pemuda, berpikirlah lebih jauh, tidak sebatas pada impian, impian, dan impian tapi pikirkan bagaimana kamu mempersiapkan kematian.
Tentu bukan menyiapkan baju besi, tentara, atau tank untuk melindungi, karena semua itu tak berguna jika memang waktunya telah tiba.

Para pemuda, jangan menganggap kita akan sampai pada umur 60, 40 pun belum tentu, 30 pun belum tentu, banyak yang meninggal sebelum umur 20, 10, bahkan ada yang baru saja menghirup udara dunia, tapi sudah dipanggil untuk pulang.

Semoga Allah memberikan hidayah pada kita semua.
-Dityavery (11 Juli 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar