Kamis, 14 Juli 2016

Keluarga

Sungguh, anak mana yang ingin dibandingkan dengan anak yang lainnya, oleh orang tua mereka.
"Ah, bilang saja karena kalian tidak sanggup bersaing dengan anak lainnya?"
Atau, "Cih, tidak kompetitif banget sih!"

Ini bukan tentang seberapa seorang anak kompetitif dengan orang lain, tidak pula enggan untuk bersaing, apalagi kita tahu zaman sekarang dengan jumlah penduduk, serta lancarnya jalur antar negara untuk saling berinteraksi menuntut kita memang wajib untuk bersaing.

Namun, sekali lagi terlepas dari itu. Seorang anak ingin sekali dianggap ada oleh orang tua mereka, dianggap berbeda, ingin diterima apa adanya sebagaimana orang tua ingin diterima apa adanya oleh sang anak, menerima apa pun pekerjaan mereka selama masih halal, menerima penampilan mereka, menerima kekurangan, kelebihan mereka, serta menerima apapun cara mereka mendidik anak-anaknya.

Bicara tentang keadilan, rasanya itu cukup adil. Beberapa pertemuan orang tua dengan orang tua lainnya, yang membahas tentang anak mereka, tentang pekerjaannya yang hebat, prestasinya yang hebat, pergaulannya yang luar biasa, pasangannya yang rupawan, hartanya, hingga ketenaran anak mereka.

Pahamilah, sang buah hati bersembunyi di balik tembok, mendengar semuanya, berharap orang tuanya tidak berpengaruh.

"Ma, Pa... Aku berbeda."

Namun, orang tua pun justru bertanya, "Mengapa kamu tidak seperti dia?"
Ada apa denganku, aku pun tidak tahu Ma, Pa...
Apakah aku harus menanyakan hal yang sama?
Mengapa aku tidak dididik oleh orang tuanya saja?

Namun, tidak pernah akan terucap hal itu, karena selama ini seorang anak bertahan bersama orang tuanya, karena mereka telah nyaman, mereka tidak ingin berpindah, karena mereka percaya orang tuanya adalah orang tua terbaik yang dikirim Allah kepadanya.

"Aku pun ingin membahagiakan kalian, berdiri di atas dunia, memberikan buket bunga yang besar, lalu mengalungkan sebuah medali sederhana, meski bukan dari kejuaraan matematika, fisika, murid teladan, mahasiswa terbaik, meski yang kuberikan hanya secarik kertas berisi puisi."

Pernah terucap, keluarga adalah tim, di mana kita harus bekerjasama, saling percaya, dan saling mendukung. Ingin sekali, sampai terakhir napas berembus, kita masih mengemban arti dari keluarga.
Maaf jika ada yang tidak berkenan, maaf jika ada kata yang tidak sesuai. Terima kasih.

-Dityavery (15 Juli 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar