Mungkin Impianku Terdengar Mudah

Impian ya?

Aku terus memikirkannya, terus menanyakannya, terus memastikannya: apa sebenarnya impianku sebenarnya?

Menjadi penulis kaya dan terkenal? Tidak juga, selama aku bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan menulis, kurasa itu cukup.

Mungkin impianku terdengar mudah atau terlalu omong kosong. Pasti aku menginginkan lebih dari itu. Tidak salah memang, aku memang menginginkan lebih dari itu.

Aku ingin menjadi terkenal dan kaya, jika bisa. Namun, aku katakan, selama aku bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, aku merasa cukup. Tidak salah kan untuk berharap lebih? Tidak salah juga untuk menentukan batas minimal.

Iya, impianku memang terdengar mudah, hanya menjadi seorang penulis yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari tulisannya. Namun, aku yakin kamu akan berubah pikiran ketika terjun langsung ke dunia tulis menulis yang terkadang kurang ajar ini.

Pertanyaan tentang kenapa tidak menggeluti bidang lain saja? Itu lebih sulit dari menulis itu sendiri. Seperti yang kubilang, aku terjebak dalam dunia yang disukai sekaligus dibenci secara bersamaan.

Aku menyukai menulis karena di sini aku bebas mengeluarkan segala yang ada di kepala dan seolah berbicara kepada dunia dengan luwes melalui tulisan. Aku benci menulis, karena aku dibuat pusing dan lapar karenanya.

Mungkin impianku terdengar mudah, bagi kalian yang terlampau sakti. Menulis tanpa kenal lelah, tanpa kenal kantuk, dengan motivasi yang teramat tinggi. Sementara aku berjuang menahan kantuk saja sulitnya minta ampun, ya walaupun mungkin itu efek dari obat yang rutin kuminum. Tenang, aku memang rutin berobat ke rumah sakit untuk beberapa penyakit.

Aku mungkin tidak bisa menulis banyak. Aku mungkin tidak bisa menulis cepat seperti kebanyakan dan seperti seharusnya seorang penulis lakukan. Aku tahu, aku akan kalah dalam persaingan ini. Untuk itu, aku tidak memasang target yang wah, hanya sebatas hidup dari menulis. Namun, aku rasa itu pun masih sulit dicapai di negeri ini.

Impianku, aku tidak minta kalian untuk menghargai impianku. Aku sendiri sudah tidak peduli. Kekurangan yang ada padaku adalah suatu tantangan yang membuatku merasa beda dari yang lain dan aku bangga karena itu.

Aku bisa menjalani aktivitas yang membutuhkan konsistensi dan fokus yang tinggi dengan kondisi fisik dan mental yang terbatas walaupun kalian mungkin tidak dapat melihat keterbatasan itu. Itulah kenapa aku bangga, aku merasa hebat dapat berfungsi layaknya manusia pada umumnya.

Aku bangga karena memiliki impian. Aku bangga karena aku percaya pada jalan yang aku pilih. Aku bangga karena aku harus berjuang baik bersama-sama atau sendiri.

Mungkin impianku terdengar mudah. Aku sendiri tidak masalah jika seluruh dunia dapat melakukan hal yang aku impikan. Seperti, seorang yang tidak punya kaki, dia bermimpi bisa berjalan di saat orang lain dengan bebasnya berjalan. Namun, rasanya beda. Bisa berjalan dengan keterbatasan fisik atau bisa berjalan karena memang tidak ada keterbatasan fisik.

Akan berbeda, pemimpi miskin yang ingin menjadi penulis lalu mendapatkan uang dari sana, dengan orang yang sudah bekerja mapan mendapatkan uang tiap bulan, lalu menulis dan mendapatkan uang. Beda rasanya.

Itulah kenapa mungkin impianku terdengar mudah bagi sebagian orang. Kadang perjuangan orang itu tidaklah sama. Perjuangan si kaya berbeda dengan perjuangan si miskin. Perjuangan si pintar berbeda dengan perjuangan si bodoh. Begitu juga, perjuangan orang baru berbeda dengan orang yang sudah berkecimpung lama.

Jadi, untuk menjadi manusia yang baik sebetulnya tidak sulit, hanya mencoba melihat dari beragam sisi dan tidak egois dengan keyakinan sendiri.

 

Achmad Aditya Avery

Tangerang, 15 Februari 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Kibor Berusia Sepuluh Tahun