Hiburan Itu Bersarang pada Bibirmu dalam Bentuk Senyuman
Hiburan, apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata tersebut?
Aku
sih mungkin bakal langsung mikir ke nongkrong bareng teman di kafe tertentu
yang murah tentunya, atau bisa juga pergi ke rumah teman terus curhat panjang
lebar, sekadar jalan kaki sekaligus olahraga juga bagus sembari melihat
pemandangan sekitar dengan mendengarkan musik sepanjang jalan, makan pedas juga
bisa jadi pilihan walaupun jangan keseringan ya, dan masih banyak lagi
pokoknya.
Dari
sekian banyak hiburan yang bisa aku jalani, ada satu yang begitu efektif untuk
menghancurkan setiap lelah dari tubuh ini. Dia adalah sebuah senyuman. Senyuman
dari orang-orang yang dicintai, entah pasangan, orang tua, saudara, atau
anak.
Misalnya,
seorang ayah yang mumet banget sepulang kerja, terus begitu sampai rumah
disambut dengan senyuman sang istri beserta tawa bahagia anakmu yang bilang,
“ayah pulang!”
Terasa
sampai ke akar, lelahmu membeku seketika. Kamu pun akan membalas senyum dan
tawa mereka dengan pelukan. Setelah itu, minum teh hangat, makan malam bersama,
mandi, istirahat. Kamu mungkin sedikit melupakan soal kepala yang mumet
walaupun menjelang tidur mungkin kamu mumet lagi sih, tapi ‘kan ada pasanganmu
yang bisa diajak ngobrol.
Nah,
itulah betapa pentingnya mencari pasangan yang baik dan pengertian. Tidak hanya
sekadar rupawan dengan tubuh ideal, tapi kalau diajak bercerita tidak mau
dengar ya sulit juga. Namun, ini tentu bisa diusahakan dan dibicarakan
baik-baik.
Bibirmu
adalah harta ‘tak ternilai, karena dari sanalah senyuman itu dilahirkan. Aku
harus berjuang keras agar senyuman itu tidak pudar, tidak berganti cemberut
apalagi tangisan.
Kebahagiaan
kalian akan berbalik padaku. Jika kalian bahagia, aku pun akan bahagia. Begitu
saja, awal dari segala motivasi yang kupunya. Motivasi yang membuatku bangkit
di pagi hari, olahraga sedikit, salat Duha, lalu mulai mengetik.
Aku
tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, aku pun tidak tahu apa targetku,
yang bisa kulakukan adalah menghargai hari ini dengan berusaha semaksimal
mungkin. Pembicaraan miring masyarakat biarlah menjadi pakaian sehari-hariku, tatapan
sinis mereka yang menganggapku pengangguran, mereka yang mengatakan hidupku enak,
biarkan mereka.
Hiburan
itu bersarang pada bibirmu dalam bentuk senyuman. Sakit hatiku biarlah terobati
oleh senyuman itu. Omongan-omongan tidak enak soal harga diri pria biarlah
terbakar sendiri oleh senyummu.
Mereka
tidak tahu apa-apa, tidak sedikit pun. Wajar jika mereka menarik kesimpulan
sendiri. Seperti mengatakan bahwa epilepsi adalah penyakit yang datang dari
pikiran, tergantung pikiran kita. Tidak perlulah berobat. Sesulit itu memberi
tahu mereka tentang keadaanku yang sebenarnya.
Jadi,
aku lelah untuk dimengerti. Biarkan mereka dengan ketidaktahuannya dan aku bertempur
dengan segala harap ditemani orang-orang yang memahamiku. Orang-orang yang tahu
akan diriku.
Pada
akhir kesempatan ini, aku berdoa untuk kalian juga, Kawan. Semoga kehidupan
kalian aman dan nyaman. Jika pun ada masalah, semoga kalian bisa melewatinya
dengan baik. Aku berdoa kehidupan kalian dipenuhi kebahagiaan, jika pun ada
kesedihan, semoga itu tidaklah lama.
Aku
berdoa untuk keuangan kalian agar selalu diberikan kecukupan, jika pun ada
kekurangan, semoga itu tidaklah lama. Aku berdoa untuk kalian yang belum
diberikan keturunan, jika kalian sangat menginginkannya, semoga lekas diberikan
keturunan yang baik, yang sehat.
Aku
berdoa untuk kesejahteraan kalian, meskipun tanggungan kalian banyak, semoga
rezeki kalian lebih luas dari apa yang kalian tanggung.
Akhir
kata, terima kasih sudah membaca tulisan sederhana ini. Tetaplah tersenyum,
karena bagiku, senyuman itu indah dan dapat berpengaruh pada cara pandang seseorang
terhadap dunianya, termasuk duniaku.
Achmad
Aditya Avery
Jakarta,
18 Februari 2025
Terima kasih, mari sama-sama saling mendoakan yang terbaik.
BalasHapusAamiin Kak ~
Hapus