Minggu, 14 Agustus 2016

Salahkah Hujan?


Assalamu'alaikum, teman-teman, selamat pagi.

Semoga kita selalu bersyukur atas pemberian Allah, di antaranya pagi yang mendung mesra ini. Hujan mengguyur sebagian wilayah bumi, dengan lembut, menemani dinginnya malam. Mereka bersanding, irama rintik pengantar ridur.

Bicara tentang hujan, pernah kutuang dalam puisi.

Hilangnya Hujan

Kutanya dan kutanya kemana irama rintikmu,
tak lagi menghiasi telingaku,
air mata yang indah ini memelukmu,
menyempurnakan sejuknya dirimu.

Berdiri dan berdiri menunggumu lagi,
teriknya matahari tak kunjung berganti,
kutanya sang waktu tuk memanggilmu kemari,
di tempat gersang ini.

Impian yang bermekaran,
ketika dahulu kau bertebaran,
di sawah yang menjulang nyaman,
di saat bunga-bunga memanggilmu teman.

Kau hadir untuk menghidupi mereka,
si hijau, yang hampir hancur terhina,
terik yang menjadi replika neraka,
mematikan si hijau yang perkasa.

Kau anugerah, tetapi kenapa banyak yang memakimu,
hanya untuk mendapatkan malam cerah di malam minggu,
si remaja egois yang tidak tahu arti keberadaanmu,
hanya menggerutu seakan masa depannya menjadi kelabu.

Kau penyejuk, kau sumber kehidupan,
bahkan doa-doa dikabulkan,
kembalilah ke tanah yang kau tinggalkan,
cukuplah manusia belajar betapa bermanfaatnya engkau, hujan.

Pernah kita mengutuk hujan untuk pergi. Sontak kita berpikir mengapa kita bisa melakukan yang demikian?

Pernah kita mengeluh, "Ah, apa-apaan ini hujan, ga bisa pergi dah gue!"

Apa salah hujan?
Mengapa kita begitu egois untuk memberi kesempatan pada ciptaan Allah, untuk turun menari bersama dedaunan hijau, dan memeluk mesra tanah yang merindukan kedatangannya?

Adakah kita akan mendapat kemalangan apabila hujan mengacau acara di hari-hari kita? Atau malam minggu para remaja labil di pinggiran jalan?

Tidakkah kita mencoba untuk berprasangka baik pada kehendak Allah? Hujan, bisa saja diturunkan untuk membatalkan rencana manusia, yang mungkin saja akan berdampak buruk bagi diri jika kita mengikuti acara tersebut. Bisa saja kan?

Apalagi yang bermesraan di malam minggu, di pinggir jalan, dengan pasangan yang tidak halal, itu adalah cara Allah melindungi kalian para generasi muda. Melindungi malam yang indah dari perilaku busuk dan rayuan semu yang kalian lontarkan. Melindungi sepinya jalan, dari cumbuan dua remaja yang tidak tahu malu. Melindungi tenangnya malam dari para remaja yang tidak bisa mendengar hancurnya suara knalpot dari motor mereka, yang digunakan untuk balapan di waktu istirahat manusia lainnya.

Mengapa kita tidak berdoa ketika hujan datang?

Allahumma shoyyiban nafi'an...

Kita lanjutkan dengan doa yang kita inginkan, dengan begitu kita pun akan ikut merindukan hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar