Parade Kesedihan

Parade Kesedihan

 

Pada hujan kali ini, tersimpan drama

Angin yang berembus begitu terasa

Seorang wanita berdiri di samping lampu merah

Dia berpakaian bagus, sepertinya anak kantoran

Sepertinya dia ingin menyeberang jalan

Namun, aku tidak menemukan tanda dia akan beranjak dari tempatnya

Sudah tiga kali lampu hijau untuk pejalan kaki menyala

Dia masih di sana, menunduk.

 

Hujan membasahi keseluruhan tubuhnya

Apa dia tidak takut sakit?

Bagaimana kalau dia kembali ke kantor dalam keadaan basah kuyup?

Ditambah ruangan kantor yang menggunakan pendingin ruangan

Dia akan demam karena dingin, lalu pingsan

Siapa yang akan membawanya pulang ke rumah?

 

Aku memberanikan diri beranjak menghampirinya

Wajahnya datar, tapi sepertinya dia sedang menangis

Meski air matanya tersapu oleh air hujan

Pipinya memerah, matanya gelap kemerahan

Raut wajah yang dipaksa untuk kuat dan tegar

Apa yang dia lakukan?

 

Aku memberinya payung, dia mengucapkan terima kasih

Payung itu menutupi wajahnya.

Aku bantu dia menyeberang jalan

Air matanya semakin jelas terlihat, dia menangis

Kuambil sapu tangan bersih tanpa bekas ingus

Lalu memberikannya, “Sudah ambil saja,” ucapku.

 

Dia pergi membawa payung dan sapu tangan

Aku hujan-hujanan.

(Jakarta, 25 Maret 2024)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Kibor Berusia Sepuluh Tahun