Patah Hati dan Segala Sesuatunya

Patah Hati dan Segala Sesuatunya

 

Saat kamu patah hati, butiran cinta itu akan jatuh bersama air mata, lalu terkuras menjadi kosong untuk siap dihuni penghuni baru yang lebih baik.

Patah hati adalah momok bagi setiap insan yang menjalani hubungan atau yang ingin menjalani hubungan, atau bahkan berharap menjalani hubungan. Patah hati merupakan risiko utama yang mungkin akan terjadi.

Ada yang beranggapan, patah hati adalah proses menuju dewasa. Pantas saja beberapa orang takut atau benci menjadi dewasa, jika harus mengalami patah hati dulu baru bisa dianggap dewasa. Namun, bisa saja itu benar, menjalani hubungan asmara memang dilakukan oleh orang dewasa, “seharusnya” ya. Ya, mirisnya bocah-bocah sekarang, yang masih dibilang sangat muda juga sudah mencicipi hubungan tersebut. Mirisnya juga, lebih parah dari yang dilakukan orang dewasa.

Kembali lagi kepada patah hati. Aku sendiri pernah mengalaminya dan mungkin juga pernah membuat orang lain patah hati. Patah hati itu seolah menjadi pisau bermata dua, kita bisa menjadi pembunuh atau dibunuh.

Rasanya patah hati mungkin berbeda setiap orang. Ada yang biasa saja, ada yang cukup menderita, ada yang sangat menderita. Tentu tergantung dari seberapa penting orang yang membuatnya patah hati dan seberapa kuat mentalnya saat itu untuk menerima keadaan tersebut.

Jadi, tentu saja kita tidak bisa menghina atau merendahkan seseorang ketika patah hati. Tidak boleh menganggap rendah orang yang menangis atau mungkin mengalami gejala depresi ketika patah hati, karena kadar ketahanan mental tiap orang berbeda.

Kita harus merangkul, mendengarkan, tanpa perlu memberi ceramah karena bisa saja membuat keadaan semakin memburuk. Memberikan hiburan sebisa kita, mengajaknya makan, bermain, atau hal yang mereka suka, itu akan jauh membantu.

Biarkan saja orang yang patah hati itu menangis, itu sehat baginya. Itu yang terbaik untuknya, karena menangis memberikan manfaat yang cukup baik untuk emosi dibandingkan dia harus tersenyum menutupi segalanya. Biarkan dia mengeluarkan bebannya, sakitnya, melepaskan semua. Sehari, seminggu, sebulan, atau bahkan lebih lama dari itu, berikan dia waktu untuk pulih. Tanyakan kabarnya untuk memastikan dia baik-baik saja.

Untuk aku, kamu, yang mungkin dengan sengaja atau tidak sengaja membuat seseorang patah hatinya, mari berusaha untuk tidak mengulanginya. Tidak ada yang menyenangkan dari perasaan sakit. Tidak ada yang enak dari kesedihan. Ayo, berhenti. Jika memang terpaksa harus berpisah, maka bicarakan baik-baik, dan minta maaflah.

Sekian tulisan tentang patah hati yang teramat sederhana ini. Semoga bermanfaat.

(Jakarta, 10 Januari 2024)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Kibor Berusia Sepuluh Tahun