Bergaya sesuai Kemampuan adalah Cinta
Bergaya sesuai Kemampuan adalah Cinta
Jika bergaya di luar kemampuanmu adalah memaksakan
diri sendiri, maka bergaya sesuai dengan kemampuanmu dan apa adanya adalah
mencintai diri sendiri.
Bergaya adalah hal yang wajar dilakukan di kehidupan
sosial, dari zaman dulu, sampai detik ini. Fashion seolah tidak ada
habisnya, mulai dari yang masuk akal sampai yang aneh pun ada. Namun, tidak
semua gaya bisa diterapkan, tidak semua gaya itu murah, tidak semua gaya itu
sesuai dengan keadaan kita.
Busana yang kita gunakan gunanya yaitu untuk
melindungi atau memperindah, atau juga keduanya. Ada busana yang hanya fokus
pada fungsi misalnya jas hujan, dia berfungsi untuk melindungi tubuh dan
pakaian atau bahkan barang-barang lainnya dari air hujan. Ada juga busana yang
khusus untuk melindungi kita dari angin ketika naik motor misalnya.
Ada juga busana yang memang dikhususkan untuk
memperindah tubuh, biasanya fungsinya tidak terlalu menonjol, hanya untuk
membuat orang lain tertarik atas penampilan kita. Contohnya mulai dari yang
unik, pakaian boneka, atau bahkan pakaian yang mengandalkan keterbukaan tubuh.
Busana yang terakhir ini, paling sering dianggap sebagai keindahan, mahakarya,
seni, atau terserah. Lebih mantap lagi sudah unik dan pakaiannya terbuka, fashion
banget. Sampai kita yang biasa pakai kaus oblong tidak dapat menangkap letak
bagusnya di mana. Hanya mereka-mereka saja yang paham.
Dalam Islam, kita sudah diajarkan untuk menutupi
aurat. Itulah patokan busana atau fashion kita, umat Islam. Seperti
wanita yang harus menutupi seluruh tubuhnya, termasuk rambut, juga lekukan
tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Namun, banyak orang tidak mengerti,
menganggap hal ini sebagai sebuah pengekangan, padahal apa yang diajarkan
adalah bentuk cintanya Allah pada umatnya. Bentuk penghargaan kepada tubuh
wanita, yang tidak boleh dilihat sembarang orang, kecuali pasangan halalnya.
Tentu saja, berpakaian tertutup ini didasari cintanya
kepada Allah, perasaan takut atas hari pembalasan, serta ketaatan yang luar
biasa. Dalam hal ini, aku hanya bisa berdoa semoga kamu, kita, diberi hidayah
untuk berpakaian sesuai yang diperintahkan dengan perasaan senang, bukan karena
terpaksa lagi.
Bergaya sesuai kemampuan adalah menyesuaikan dengan
apa yang kita punya. Umat Islam juga diajarkan, semakin banyak pakaian yang
dipunya, semakin lama juga proses pertanggungjawabannya di akhirat, atau sering
kita sebut hisab. Untuk itu, sebaiknya, membeli pakaian sesuai kebutuhan. Kalau
memang sudah tidak dipakai dan masih bagus, ada baiknya diberikan kepada yang
membutuhkan.
Bergaya sesuai kemampuan juga menandakan mental kita
cukup sehat. Kenapa? Ketika kita terus mengikuti kemauan fashion dunia
yang tidak ada habisnya, membeli busana yang mahal, yang bahkan di luar
kemampuan kita, mental kita akan menjadi sakit. Rusak. Lelah.
Seperti halnya mengikuti tren teknologi, ponsel, dan
sebagainya, yang tidak ada habisnya. Kita akan dibuat lelah dan dibuat tidak
bersyukur atas apa yang kita punya karena perasaan selalu kalah dari orang
lain, perasaan selalu kurang, perasaan tertinggal.
Sebenarnya, jika kita tidak mengikuti tren tersebut,
tidak ada yang terjadi pada kita. Selama kita masih punya pakaian, selama kita
masih punya ponsel yang berfungsi baik, selama kita masih bisa makan, atau
selama kita masih mendapat pengobatan atas penyakit kita. Itu adalah nikmat
yang patut kita syukuri. Masih banyak orang yang tidak memiliki itu semua.
Bergaya sesuai kemampuan adalah bentuk cinta kepada
diri sendiri. Cinta karena tidak ingin diri kita terjun pada sifat berlebihan,
cinta karena tidak ingin diri kita stres harus terlihat sempurna di mata orang
lain, cinta karena menginginkan diri kita bisa hidup tanpa kekangan gaya hidup
yang bahkan bisa membuat orang lain berutang.
Mungkin sampai di sini dulu tulisan kali ini. Semangat
buat kalian. Tetap mencintai diri sendiri. Terima kasih dan sampai jumpa di
tulisan berikutnya.
(Jakarta, 13 Januari 2024)
Komentar
Posting Komentar