Persahabatan Perasaan dan Karya

Persahabatan Perasaan dan Karya


Lukisanmu adalah cerminanmu, ketika kamu depresi atau stres berat, lukisanmu menjadi goresan tornado yang hanya memunculkan tatapan kosong dan teriakan bisu, sebaliknya ketika suasana hatimu sedang baik, maka goresan pensilmu bisa bergerak lebih baik. Ini berlaku untuk menulis dan lainnya. Maka dari itu, suasana hati itu penting.

 

Ada yang pernah mengalaminya? Ada yang pernah menggambar sesuatu seperti tornado? Atau sesuatu yang acak yang menggambarkan suasana hatimu yang sangat kacau saat itu?

Tenang saja, aku juga pernah. Mari kita buka di sini. Aku selalu berharap tulisanku khususnya opini bisa menguatkan kalian yang mengalami hal serupa denganku, bersama dengan sekian persen manusia di muka bumi ini. Mari bersama saling menguatkan, bukan adu nasib.

Menurutku, karya adalah gambaran dari setiap individu. Cermin dari emosi yang dialami seseorang. Kembaran alami dari jiwa seseorang. Dengan menciptakan suatu karya, kita sebenarnya sedang menggambarkan diri kita sendiri. Baik itu melalui tulisan, lukisan, pahatan, atau coretan abstrak sekalipun.

Ketika kamu dalam kegelapan, berisi sedih, kacau, cemas, bahkan depresi. Ketika kamu mencoba menggambarkan atau menuangkan ke dalam karya, maka jiwa yang tergambar dalam karya tersebut adalah sebuah kesuraman, garis yang acak, kegelapan, tornado, juga kekacauan.

Sebaliknya, jika kamu sedang dalam keadaan yang baik, penuh semangat, bahagia, maka lukisan, tulisan, karya indah akan terbentuk, penuh dengan senyuman, keceriaan, warna, juga nada. Berisi semangat, inspirasi, ajakan untuk menjadi lebih baik.

Perasaan dan karya menurutku sudah seperti sahabat, jika salah satunya tiada maka kurasa kurang baik atau kurang sempurna. Misalnya, karya yang tidak menggunakan perasaan di dalamnya kemungkinan akan terasa hambar. Perasaan yang tidak disalurkan melalui karya juga tidak baik, dia akan terpendam lalu menjadi bom waktu yang siap meledak.

Mengapa keinginanmu untuk menulis misalnya, mengalir deras?

Karena banyaknya beban perasaan yang ingin kamu sampaikan. Dia menggumpal seperti awan hitam besar penuh dengan petir menyambar. Saking banyaknya, kepalamu terasa sakit karena memikirkan bagaimana membuatnya menjadi ‘ada’.

Kamu bisa saja berbicara kepada teman dekatmu atau keluarga, kurasa itu cukup baik. Namun, dengan catatan mereka adalah pendengar yang baik, penjaga rahasia yang baik, dan manusia yang bijak baik dalam perkataan juga perbuatan. Artinya, dia mendengarkanmu, menjaga rahasia dari pembicaraanmu, dan memberikan respons yang bijak dengan memberi saran atau sebuah jalan keluar tanpa menghakimi. Jika dia tidak bisa memberikan saran, maka dia akan diam dan mencoba menghiburmu, bukan sebaliknya.

Namun, kita mungkin sepakat kalau teman atau keluarga tidak selalu ada setiap waktu. Pada waktu tersebut, diri sendirilah yang harus mencari cara mengeluarkan unek-unek yang terus menggumpal di kepala. Salah satu yang dapat digunakan adalah membuat suatu karya.

Karya di sini juga tidak melulu harus berbentuk fisik seperti lukisan, tulisan, pahatan, patung, dan lain sebagainya. Namun, kontribusimu kepada siapa saja juga termasuk berkarya, misalnya kamu seorang guru maka menjadikan muridmu mengerti apa yang diajarkan adalah karyamu. Kamu arsitek, maka rumah yang kokoh adalah karyamu. Kamu akuntan, maka laporan keuangan yang bagus adalah karyamu. Ya, kalaupun kamu muak dengan pekerjaan utamamu, kamu sangat bisa membuat karya di bidang lain.

Mungkin itu saja tulisan kali ini. Terima kasih, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya.

(Tangerang, 19 Januari 2024)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Wahai Penulis Kafe