Buang Pakaian Mewahmu Ketika Lebaran Tiba
Buang Pakaian Mewahmu Ketika
Lebaran Tiba
Lebaran ya lebaran, saling meminta
maaf
Menjunjung silaturahmi,
kebersamaan, kebahagiaan
Kalian saling berkunjung untuk
tertawa, merayakan
Bukan untuk berjualan perihal apa
yang sudah kau punya
Ketika lebaran tiba, buang baju
mewahmu
Buang semua harta benda yang kau
banggakan itu di rumahmu
Agar kau mudah mengerti ketika
saudaramu tidak seberuntung kamu
Agar kau bisa menembus hatinya,
ikut menghibur dirinya
Ketika lebaran tiba, letakkan gelar
pendidikan di lemari rumahmu
Tidak usah kau bawa, tidak penting
Kau tidak sedang sidang skripsi,
kau tidak sedang melamar menjadi dosen
Saudaramu ada yang tidak sekolah atau
masih berkutat dengan skripsi
Berbicaralah padanya, bukan
tentang nikmatnya pendidikan
Saudaramu tidak akan mengerti dan
bisa saja muak mendengarnya
Ketika lebaran tiba, letakkan
kendaraan yang kau banggakan itu di parkiran
Biarkan dia kehujanan, ‘tak perlu
kau bawa ke dalam rumah
Apalagi kau banggakan di atas meja
bersama makanan-makanan terhidangkan
Ada saudaramu yang ke mana-mana
masih harus jalan kaki
Cobalah kau mengerti itu
Ketika lebaran tiba, letakkan
pasanganmu di belakangmu
Tidak perlu kau perlihatkan dia
dengan bangga, dia bukan kucing peliharaan
Biarkan dia menjadi pakaianmu,
tanpa perlu kau menjajakannya, mana cemburumu?
Masih banyak dari mereka yang
tidak punya pasangan, mengertilah
Ketika lebaran tiba, gendonglah
anakmu atau biarkan dia bermain bebas
Tidak perlu kau menjelaskan bak
barang dagangan, kalau itu anakmu
Cukup mereka tahu kau sudah
beranak
Masih banyak yang masih berjuang
dengan garis duanya
Bertahun-tahun mungkin, tidak
perlu kau perparah keadaannya
Ini pesan dariku, kalau kau tidak
terima itu terserah
Lebaran ketika dewasa berbeda
seperti ketika masih kecil
Lebaran saat dewasa penuh iri
dengki, juga rasa bangga
Lebaran saat dewasa membuatmu
seperti membawa beban berat
Kebanyakan beban itu berasal dari
mulut-mulut saudaramu.
(Jakarta, 9 April 2024)
#achmadadityaavery
Komentar
Posting Komentar