Menundukkan Pandangan, Menjaga Harga Diri

Menundukkan Pandangan, Menjaga Harga Diri


Pria sejati seharusnya menjaga pandangan. Aku tahu ini terdengar mustahil, tapi lakukanlah itu setiap kali ada kesempatan, menundukkan pandangan.

Sebelumnya kita sesama pria harus sepakat, bahwa godaan seorang pria yang normal adalah wanita. Keindahan wanita mampu menggoyahkan iman kita. Sepakat? Oke, bagus.

Beberapa wanita, muslimah khususnya, sudah berusaha menjaga dirinya dengan menutup tubuhnya dengan pakaian yang longgar atau hijab. Namun, ada saja celah setan untuk menggoda kita, para pria.

Imajinasi pria mungkin saja terlewat batas. Aku paham itu, pria yang baru beranjak dewasa pun akan berpikir berbeda ketika melihat sosok wanita. Entah itu cinta atau nafsu.

Sayangnya, tidak semua pria bisa menikah saat itu juga, begitu melihat wanita yang dia suka. Tentu saja, biaya nikah yang besar dan kesiapan dari kedua belah pihak, serta persiapan lainnya yang tidak kalah bikin pusing kepala.

Untuk itu, beragam solusi diberikan untuk pria menghadapi masa-masa bertahan dari hawa nafsu ini, seperti berpuasa, perbanyak mengingat Allah, merenungi kematian, dan salah satu yang paling mudah adalah menundukkan pandangan.

Menundukkan pandangan memang terdengar paling mudah, tapi pada praktiknya tentu tidak mudah. Ketika kita menemukan wanita yang menarik, lalu kita ingin menundukkan pandangan, itu seolah seluruh syaraf menarik kepala kita untuk melihat wanita itu kembali. Berkali-kali. Akhirnya, ya lirik-lirikan, tapi itu lebih baik. Kamu sudah mencoba. Untuk tahap awal, itu sudah bagus.

Ketika kita melihat seorang pria melirik terlalu lama kepada seorang wanita, apalagi dengan wajah yang menunjukkan keinginan atau minat menggebu kepada wanita tersebut, kita akan menyebutnya sebagai orang mesum. Wanita yang melihat itu pun sama, mereka akan merasa risih atau mungkin jijik. Kita, para pria, harus menjaga harga diri kita.

Wanita membutuhkan perasaan aman jika dekat dengan pria. Maka, ketika mereka percaya kalau kita dapat menjamin perasaan aman itu, jangan sia-siakan. Jangan nodai dia, jangan mengambil kesempatan. Pria itu pemimpin, pemimpin yang dipegang omongannya. Kalau kamu bilang, ‘enggak bakal macam-macam’ ya jangan macam-macam. Penuhi janjimu itu.

Menundukkan pandangan adalah upaya yang dapat dilakukan di mana pun kamu berada. Menundukkan pandangan adalah bentuk komitmen untuk tidak melakukan hal macam-macam kepada wanita. Itu bahasa tubuh dari, “Jangan takut. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Aku akan melindungimu.”

Romantis bukan? Hal romantis yang dilakukan pria seharusnya bukan menyapa dengan kedipan mata, apalagi memberi gombalan, catcalling, kepada setiap wanita yang dianggapnya menarik. Mulai sekarang kita harus sepakat kalau itu bukan sikap pria sejati. Oke?

Memiliki banyak teman wanita atau mantan juga bukan menandakan kalau kamu pria sejati, jika kamu mendapatkannya dengan cara sebelumnya, atau jika kamu menyakiti wanitamu. Berselingkuh misalnya. Itu bukan lagi menundukkan pandangan, itu adalah sifat bajingan. Dosa terbesar dalam sebuah hubungan. Baik untuk pria atau wanita, sama saja.

Menundukkan pandangan, jika kamu melakukannya dengan tulus, maka akan tercipta kepuasan tersendiri ketika menghindari pandangan yang bukan milik kita. Akan bangga kamu ketika melihat jalan beraspal, atau pemandangan pepohonan, atau bahkan kakek nenek berumur yang sedang berduaan, pemandangan ini cukup untuk mengalihkan hasrat untuk melihat keindahan dunia, wanita.

Menundukkan pandangan adalah menjaga harga diri. Pria yang punya harga diri, tidak mudah tergoda dengan banyak wanita yang berkeliaran di setiap jalan. Wanita seperti udara, ada di mana-mana. Memang tidak mungkin untuk tidak melihat mereka, tapi tujuan dari menundukkan pandangan adalah untuk menjaga bukan tidak melihat wanita sama sekali.

Sekian tulisan kali ini. Terima kasih, semoga bermanfaat.

(Tangerang, 16 Januari 2024)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aktivitas Literasi untuk Perkembangan Anak bersama TBM Capung Kertas

Berkarya Lebih Lama Bukan Berarti Tidak Pernah Membuat Kesalahan

Wahai Penulis Kafe