[PUISI]
Aku, Kopi, dan Para Pemimpi
Pagi ini tak ada beda
Kisah klasik tentang
dompet kering penuh noda
Sudah lama sekali
semenjak gaji itu nyata
Dan mulai kugandeng
kopi bagai penggantinya
Juni itu, kucoba
menjadi sebodoh-bodohnya
Pemimpi yang tidak lagi
muda
Pemimpi yang seenaknya
saja
Padahal tak tahu apa
yang ada di depannya
Bunga bangkai yang
berlagak bak Rosalia
Dengan alasan
penghibur, pemberi manfaat pada manusia
Padahal menjadi bunga
bangkai saja
Banyak manfaatnya
Aku si gila, yang tiap
hari berbicara pada kopi
Berdiskusi tentang
ribuan khayal pun mimpi
Tentang dia, tentang
dunia, tentang mereka yang mati
Oleh mereka yang
mengaku manusia, tanpa hati
Duhai kopi yang
menemani para pemimpi
Mereka yang hampir
punah melindungi
Keyakinannya yang penuh
konflik sana pun sini
Mereka yang kadang
harus percaya sendiri
Duhai kopi yang
menemani para pemimpi
Hitam pekat menenangkan
gelapnya hari
Ketika mereka dipaksa
secara halus untuk lari
Dari tempatnya berdiri
Duhai kopi yang
menemani para pemimpi
Aku dan mereka mungkin
tak abadi
Setidaknya pukulan kami
harap menggemparkan dunia ini
Dengan karya pun
prestasi
Achmad
Aditya Avery
(Tangerang,
12 September 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar