[PUISI]
Penjual Kerupuk dan Gelapnya Jalan
Suram sudah kubayangkan
Bagaimana berjalan
dalam gelapnya jalan
Bukan karena tiadanya
lampu jalan
Namun, karena mata
terpejam tanpa disengajakan
Bagaimana lima belas
ribu hingga dua puluh ribu
Dapat menggerakan
hatinya untuk menumpas ragu
Tanpa peduli malu pun
takut akan penjahat yang mudah memburu
Penjahat tak berhati
yang tega melakukannya padamu
Tongkat bak lampu pijar
penentu arah
Trotoar jalan menjadi
pembatas nan pantang lelah
Bersalaman dengan
tongkat saling menandakan
Bahwa kau masih berada
di jalan yang diharapkan
Tentangmu, penebas bisu
hatiku
Hati-hati kami yang
masih berkerumun ragu
Menikmati perjalanan
terjal sedikit saja tak mau
Seharusnya kami lebih
bisa, juga lebih mampu
Sebatas melangkahkan
kaki ke masjid pun ampun beratnya
Padahal sempurna mata,
motor pun tak kalah hebatnya
Tak sampai harus meraba
aspal, hanya duduk saja
Malasnya luar biasa
Aku iri, akan
keterbatasanku yang tak seberapa
Terima kasih atas
pengingatnya
Seharusnya gagal dan
gelapnya masa depan tak apa
Seperti kau yang tak
peduli gelap, berjalan saja
Kudoakan rezekimu tak
pernah putus menyapa
Semoga sehat selalu,
inspirasi besar para pemuda juga tua
Mari berjanji untuk
tidak menyerah pada kenyataan yang ada
Mari cipta dunia yang
indah penuh makna
Achmad
Aditya Avery
(Tangerang,
17 September 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar