[PUISI]
Pak Ogah, Ajari Aku Menikmati Hidup
Pagi itu mesra sudah
aku tertembak panasnya jalan
Tak dapat kutolak,
kuhadapi sudah hubungan tak terharapkan
Motor kulaju
secepatnya, melindungi uang konsumsi, cukup untuk jajan
Hari berbalut keluh
selama ini tak pernah terlepaskan
Dia, sebut saja Pak
Ogah, tak semuanya botak kepala
Penghibur lara di
pertigaan dekat kantor, ketika hampir tiba
Kusaksikan dia selalu
menari, sembari menuntun kendaraan yang ada
Wajahnya asik, nikmat
sekali hidupnya kurasa
Di dekat rumahku, Pak
Ogah yang sudah cukup tua
Habis aku diberi
pelajaran hidup olehnya
Rendah hati luar biasa,
ketika ke masjid mengenakan pakaian terbaiknya
Tentu dengan semangat
bak jiwa-jiwa muda
Satu lagi, kujumpa
Dia, Pak Ogah yang
selalu terlihat baik-baik saja
Tanpa alas kaki, sesak
rasanya dada
Tak tahu berapa dia
dapat dari jasanya
Satu hal yang kita tahu
Macet membuat hati
tersulut, memarahi tak pandang bulu
Pak Ogah, berusaha
mengurai itu
Apalagi di gang kecil
yang kuharap tak ada mobil melulu
Achmad
Aditya Avery
(Tangerang,
22 September 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar