[PUISI]
Tentang Kopi dan Jari Manis
Aku selalu jatuh cinta
pada kopi
Bukan karena seorang
penulis yang selalu dikaitkan dengan kopi
Insomnia, senja, bunga,
rintik hujan, itu pun ini
Aku menyukai kopi, tapi
tak begitu sejati
Tentang rasa yang
selalu singgah menyapa
Pergi bak bocah pemecah
jendela
Aku selalu kesal pada
kemunculan mereka
Tapi selalu suka
melihat anak-anak nan ceria
Begitu pun cinta
Kusuka dia berjuta rasa
Ketika ditinggal sang
pendosa rasa
Habis sudah seolah
hidupku tak berharga
Bodoh, izinkan
kumemakimu
Jari manismu tak mau
tahu
Dia cinta benar atau
dusta
Asal ketika akad kau
bersamanya
Cukup usai pamerkan
gaun, tubuh, jelita
Tampan, kaya, kekar,
terhormat keluarganya
Aku tak mau menjelaskan
setelahnya
Sombong, angkuh, beradu
ego tak guna
Aku hanya menyukai kopi
Yang kadang juga tak
sejati
Jika bisa memlih aku
ingin jemari manis ini
Mengenakan cincin
serupa denganmu sembari memeluk secangkir kopi
Duduk di teras rumah
kita
Bersama, tak ada lagi
masa lalu yang mengganggu kita
Aku pencemburu yang
bisa saja mengamuk tanpa rasa
Memecahkan segelas
kopi, dan tak lagi mau mengingat semua
Achmad
Aditya Avery
(Tangerang,
22 September 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar